Mohon tunggu...
Nisa Khoiriyah
Nisa Khoiriyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mulailah tanpa kata nanti.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Pernah Tinggalkan Anak Sendirian Saat Belajar Daring, Ini Jadinya

16 Agustus 2020   10:16 Diperbarui: 16 Agustus 2020   10:05 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kedatangan wabah penyakit secara tiba-tiba merupakan awal sebuah masalah yang menjangkit segala aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Hampir seluruh sekolah ditutup dan proses belajar mengajar dilakukan secara online. Lalu, apakah belajar online merupakan solusi terbaik dalam memenuhi hak anak untuk mendapatkan pendidikan? 

Jawaban untuk pertanyaan ini bersifat relatif. Ada yang merasa nyaman dan senang karena keluarga mampu menyediakan keperluan untuk belajar di rumah, termasuk memberikan fasilitas paket data, gawai, serta dapat menyediakan pembimbing untuk mendampingi anak saat melaksanakan school from home. Ada juga yang merasa keberatan karena orang tua tidak dapat memenuhi salah satu diantara hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya atau bahkan seluruhnya. Nyatanya, kondisi lapangan saat anak-anak melakukan sekolah daring tidak semudah menjawab pertanyaan tersebut.

Selama proses belajar mengajar secara online, anak sepenuhnya diberi kebebasan dalam belajar daripada sekolah offline. Pemberian kebebasan tanpa diberikan pengawasan dapat membuat anak merasa santai saat mengerjakan tugas ataupun belajar. Ini merupakan hal baik karena otak dapat mencerna materi saat pikiran tenang dan santai. 

Akan tetapi, sikap santai juga dapat memicu anak untuk lalai terhadap tugas ataupun materi yang diberikan oleh guru. Beberapa anak berpikir bahwa mereka memiliki banyak waktu untuk mengerjakan tugas sehingga tidak masalah mengerjakan tugas tersebut kapan saja. Hal ini menyebabkan tugas menumpuk dan waktu yang seharusnya diakomodasikan untuk belajar terbuang sia-sia.

Beberapa orang beranggapan bahwa anak akan pintar dan dapat memahami materi dengan baik hanya dengan menonton video dan membaca materi yang diberikan guru dengan seksama. Namun, anggapan tersebut tidak sepenuhnya berlaku di lapangan. Mungkin, hanya ada sebagian kasus yang serupa dengan anggapan tersebut. Kenyataannya, anak-anak sering kali merasa kesulitan saat mengerjakan tugas ataupun memahami materi. 

Mereka butuh pendamping yang dapat diajak untuk berkomunikasi dan memberikan arahan terkait dengan materi yang diajarkan. Tanpa pendamping, anak akan mengandalkan media lain seperti search engine untuk mendapatkan jawaban secara instan tanpa mendalami proses belajar itu sendiri. 

Beberapa anak ada yang mengerjakan tugas semaunya asalkan tugas itu selesai. Bahkan, ada juga kasus dimana anak memutuskan untuk tidak mengerjakan tugas mereka atau mempelajari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Absen nya guru disamping mereka dalam proses belajar mengajar tersebut dapat menghambat proses penyerapan materi sehingga perkembangan anak secara kognitif melambat.

Tentu akan sangat terasa perbedaan antara sekolah online dan offline. Saat offline, siswa akan berinteraksi dengan teman dan juga guru. Saat online, siswa tidak dapat berinteraksi dengan teman ataupun guru, syukur apabila ditemani oleh saudara ataupun orang tua. Di satu sisi, hal ini sangat bermanfaat bagi anak yang menyukai kondisi tenang dan sepi saat mengerjakan tugas karena tidak menemukan distraksi yang disebabkan oleh bisingnya ruangan kelas. 

Akan tetapi, tidak semua anak menyukai kondisi tersebut. Meski mengerjakan tugas dan memahami materi adalah tugas setiap individu, tidak menutup kemungkinan bahwa anak memerlukan media untuk berdiskusi. Manusia adalah makhluk sosial. Maknanya, manusia saling membutuhkan satu sama lain dengan orang lain. Oleh karena itu, keberadaan teman dikelas ataupun guru merupakan aspek penting yang dapat membantu anak untuk mengatasi rasa sepi dan bosan serta melatih anak untuk berinteraksi dengan orang lain.  

Kegiatan belajar secara daring tidak sepenuhnya menjadi solusi yang tepat. Ketepatan tersebut dapat diukur dari tingat efektivitasnya. Keterlibatan anak sebagai objek pengamatan dapat digunakan sebagai tolak ukur keefektifan belajar online. 

Kedua contoh yang telah dijelaskan sebelumnya membuktikan bahwa school from home hanya membantu sebagian anak dalam memahami, mempelajari, dan mengerjakan tugas ataupun materi yang diberikan dengan baik, sisanya mengalami kesulitan selama proses belajar dilakukan sehingga membuat mereka lalai akan tugasnya, menghambat interaksi sosial dan memperlambat perkembangan kognitifnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun