Mohon tunggu...
Ria Utami
Ria Utami Mohon Tunggu... Editor - Blogger

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ― Pramoedya Ananta Toer

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Pameran Buku 24 Jam Non Stop, Stimulus Minat Baca

17 Oktober 2019   21:38 Diperbarui: 17 Oktober 2019   21:41 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya masih ingat, setiap kali merayakan ulang tahun, saya selalu mendapatkan kado dari ayah. Bukan mainan, bukan pula baju, tapi buku. Dan itu seperti sudah menjadi tradisi yang berlangsung mulai saya kecil sampai lulus SMA.

Bukunya pun dari banyak genre, mulai cerita anak-anak Enid Blyton, komik, novel-novel seperti Lupus, buku motivasi, sampai buku serius tentang kepemimpinan karya Dale Carnegie. Bukannya sebal dengan kado yang diberikan ayah, saya malah menunggu momen itu. Saya selalu penasaran, buku apa yang akan diberikan beliau.

Maklum, kami dari keluarga ekonomi pas-pasan, yang membeli buku hanya di saat tertentu. Karena itu, saya paling rajin pinjam buku di perpustakaan sekolah tempat ayah mengajar. Gratis. Atau, ke toko buku dan nongkrong di pojokan sambil baca buku anak-anak yang nggak disegel.

Setelah saya sudah bisa beli buku dari hasil kerja, barulah ayah berhenti membelikan buku. Rupanya, tradisi memberikan kado buku itu juga menurun pada saya. Ketika anak-anak saya ulang tahun atau ada pencapaian yang harus dirayakan, saya memberikan kado buku untuk mereka.

Memang, anak-anak kini lebih memilih gadget dibandingkan buku. Pun anak-anak saya. Kalau diberi pilihan baca buku atau main gadget, mereka memilih yang nomor dua. Ah, saya suka pusing dengan hal itu. 

Tapi, ya sudahlah. Saya cuma bisa memotivasi dan memberikan contoh. Salah satunya dengan memberikan kado buku. Selain itu, ketika di rumah, saya memilih menyingkirkan gadget dan ganti membaca buku. Biasanya, anak-anak jadi penasaran dan ikut membaca di sebelah saya.

Oia, ada lagi nih cara yang cukup bikin anak-anak tertarik sama buku. Yaitu, dengan sering-sering main ke perpus dan mengajak ke pameran buku. Salah satunya ya ke Big Bad Wolf (BBW).

Konsep pameran buku ini memang keren banget. Bayangin deh, selama kurang lebih 10 hari (Di Surabaya mulai 4--14 Oktober) buka 24 jam nonstop. Surga deh buat pencinta buku.

Tempatnya juga cozy. Ada playground buat si kecil dan stan makanan. Bikin siapa pun betah berlama-lama di sana. Pelayanannya pun patut diacungi jempol. Cepat dan tanggap. Jadi, meski pembeli berjubel, minim antrean di kasir.

Ribuan buku tersedia. Mulai baby books, komik, novel, buku agama, sampai buku-buku sastra ada. Sebagian besar mereka menawarkan buku-buku impor.

Antusiasme masyarakat pada buku ternyata tinggi. Buktinya, meski larut malam, BBW tetap disamperin pengunjung tuh. Kalau siang atau sore, jangan ditanya lagi ramainya. Tak cuma itu, satu orang bisa membawa buku-buku satu koper loh. So, kata siapa budaya baca kita rendah?

dokpri
dokpri
Ya kalau memang setelah membeli mereka menunda membacanya, tak mengapa. Mungkin akan dibaca dua minggu lagi, dua bulan kemudian, atau bahkan sampai BBW tahun berikutnya dihelat? Toh, mereka sudah memegang buku dan sudah berniat membelinya. Tinggal selangkah lagi, mereka akan melahap habis buku-buku itu.

Saya melihat buku-buku yang ditawarkan di BBW sangat menarik, terutama untuk anak-anak. Dengan gambar-gambar yang lucu serta hard cover nan colorful, tentu membuat pembaca cilik penasaran. Ditambah lagi, buku-buku yang dihadirkan sangat interaktif. Ada yang dikombinasikan dengan suara, board games, puzzle, coloring, dan masih banyak lagi. Bikin acara membaca buat anak-anak jadi tambah seru.

Tak diragukan lagi, kehadiran BBW memberikan angin segar bagi dunia literasi masyarakat. Para book shopper begitu bangga nenteng belanjaan buku dari BBW, posting ke media sosial, dan siap menikmati buku-buku yang dibeli. (*)

           

 

             

           

                       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun