Mohon tunggu...
Anak Laut
Anak Laut Mohon Tunggu... -

Akun ini dikelola secara kolektif oleh anak muda yang berusaha menyebarkan dan menanamkan jiwa maritim keseluruh masyarakat Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aquanus Sebagai Strategi Kebudayaan Maritim

11 Mei 2016   12:35 Diperbarui: 11 Mei 2016   14:48 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.bumilangit.com (Zoid Comic)

Generasi muda Indonesia,  hapal betul tokoh-tokoh superhero jebolan DC maupun Marvel. Justru Sulit rasanya, bila saat ini, kita mencari anak muda yang tidak kenal Batman atau Ironman. Hampir semua anak muda tahu, anak kecil juga kenal, tidak jarang mereka menjadi pemuja fanatik.

Saat ini animo masyarakat yang sedang kecanduan tokoh pahlawan super, sekarang bioskop kita sedang diramaikan film Civil War, cerita tentang pertempuran sesama superhero,konflik antara Captain Amerika dengan Ironman.

Penonton membeludak, lintas generasi, beragam latar belakang berbondong-bondong, mengantri, berburu tiket film yang sudah menyedot perhatian dunia sekaligus berhasil mencundangi karya anak bangsa.

Di tengah gempuran impor superhero ke Indonesia, adakah yang mengenal Aquanus, manusia super asli pribumi, sering berkeliaran di Yogjakarta. Mungkin, sosok Aquanus, hanya melekat diingatan kakek, nenek atau orang tua kita saja, yang bisa jadi sekarang mereka malah asik nonton Civil War.

Tidak perlu waktu lama, demam Civil War akan usai, lalu maukah kita meluangkan waktu untuk kembali mengenal tokoh superhero karya anak bangsa, misalnya membantu perjuangan Aquanus menumpas kejahatan di perairan Indonesia?

Nasib Aquanus di Negara Maritim

Aquanus lahir ditangan komikus yang bernama Widodo Nur Slamet. Debutnya dalam dunia pahlawan super di Indonesia, dimulai sejak tahun 1968, dalam buku komiknya yang berjudul Aquanus di Planet Vibhy. Kekuatan Aquanus serupa dengan Aquaman atau Namor, karakter komik dari negeri Paman Sam. Ia mampu bertarung di dalam air dan mempunyai kekuatan memanipulasi zat cair  menjadi senjata.

Aquanus bukan berasal dari tanah nusantara, ia berasal dari planet Zyba yang sudah dihancurkan oleh bangsa Burbur sewaktu ia masih kecil, Aquanus kecil, dilarikan oleh putra angkat raja Sving dengan mengirimnya ke bumi agar selamat dari teror  bangsa burbur. 

Sesampai di bumi, Aquanus terdampar di tengah lautan, terombang-ambing, hingga ditemukan oleh keluarga pemburu paus, yang akhirnya mengakat Aquanus sebagai anak. Sejak saat itu Aquanus diberi nama Dhanus oleh orang tua angkatnya.

Komik Aquanus memang tidak seproduktif kisah Aquaman dan Namor. Pada tahun 1975, Aquanus sudah tidak eksis lagi. Dari penantian yang cukup lama, pada tahun 2008, Aquanus beraksi kembali, dirilis ulang oleh Metha Studio yang bekerja sama dengan Neo Paradim Studio. Walaupun sudah dirilis ulang, hidup Aquanus masih terlunta-lunta, untuk bersaing dengan Upin-Ipin saja, jagoan yang ahli dalam pertempuran laut ini tak mampu.

Di  tengah gelombang jargon-jargon poros maritim di Indonesia, nasib Aquanus tak kunjung membaik, ia semakin terlupakan, tergilas, eksistensinya tenggelam ditelan sinetron anak jalanan. Generasi penerus bangsa, kini lebih asik dijalanan, naik motor-motoran,  kebut-kebutan daripada mencintai lautan.

Wajar saja, anak-anak jadi liar tak terkendali, karena tiap hari nyaris dihantui sinetron yang tidak bergizi semacam itu. Sungguh ironi, negara yang memiliki sumber daya laut yang luar biasa, malah memilih sinetron Anak Jalanan sebagai tonton dari pada mengembangkan potensi Aquanus yang dapat menjadi  media pembelajar maritim yang efektif, menghibur dan transformatif.

Aquanus dan Problem Suprastruktur Maritim

Di era digital dan euforia maritim,hidup Aquanus seharusnya menjadi tanggung jawab negara. Pemerintah dengan ambisi poros maritimnya, kecanduan membangun infrastruktur, abai terhadap pembangun suprastruktur. Padahal kedua variable ini harus selaras sejalan. Disinilah peran Aquanus menjadi penting, karena dengan kekuatannya, ia dapat membantu pemerintah dalam membangun suprastruktur maritim di Indonesia.

Harus diakui, pembangunan suprastruktur selalu luput dalam pandangan kita, bangsa kita lebih suka pada yang instan dan dapat langsung dilihat oleh mata.  Bangsa ini perlu belajar, bahwa apa yang mereka lihat sebagai realita pembangunan, tidak melulu objektif, netral tanpa kepentingan.

Realita  pembangunan selalu berkaitan dengan gagasan, nilai dan ideologi tertentu. Sayangnya, pembangunan poros maritim ini lupa untuk menyisipkan ideologi pancasila, gagasan maritim, dan membelokan habitus masyarakatnya dari darat ke laut.

Ibarat infrastruktur  adalah raganya, maka pembangunan seperti pelabuhan, jalan raya, pabrik memang diperlukan. Maka dari itu, untuk memperkuat raga, diperlukan jiwa yang sehat, dengan demikian pembangunan suprastruktur adalah  upaya menguatkan jiwa dengan menciptakan lembaga sosial, gagasan dan nilai-norma yang memperkuat etos kemaritiman pada bangsa ini.

Dalam upaya menanamkan jiwa maritim kepada masyarakat, negara mempunyai kekuatan untuk mendorong seluruh aparatnya merubah paradigma masyarakat. Untuk merubah paradigma masyarakat tidak perlu melulu dengan regulasi yang ketat maupun tindakan represif.

Negara harusnya lebih persuasif, dengan menjalankan serangkaian strategi kebudayaan untuk “memaksa” masyarakat dengan kekuatan media, tidak lagi dengan mengangkat senjata. Negara seharusnya mulai belajar bagaimana cara mengartikulasikan wawasan dan etos maritime dengan cara-cara halus namum mampu menginternalisasi gagasan maritim kealam bawah sadar masyarakat.

Dengan demikian, membujuk masyakat berserta pranata-pranatanya untuk “taat” terhadap semangat maritim melalui keluarga, pendidikan, kesenian dan media adalah tugas penting negara saat ini.  Harapannya, negara mampu menggiring dan menentukan secara langsung maupun tidak langsung struktur-struktur kognitif masyarakat dalam memandang berbagai problematika dunia maritim.

Mendisplinkan pikiran masyarakat dalam membangun kedaulautan maritim sebenarnya sangat mudah dilakukan pada saat ini. Dengan perkembangan teknologi, kreatifitas tinggi dan imajinasi sosial, melakukan internalisasi kealam bawah sadar dan menata paradigma masyarakat terkait dapat dilakukan dengan berbagai media seperti film maupun komik.

Film dan komik dalam kajian cultural studies, bukan hanya menjadi hiburan, tetapi sarana untuk menyampaikan pesan politik, infiltrasi ideologi dan mendorong transformasi sosial. Karena film dan komik mempunyai daya magisnya sendiri yang mampu menghipnotis khalayak, dan menggiring kesadaran publik dengan menerima apa saja pesan yang disampaikan film maupun komik.

Selain itu, film dan komik dapat menciptakan atau membentuk komunitas yang telah ada dimasyarakat, yang dimana setiap anggotanya terdorong untuk mengadaptasi gagasan yang disampai media tersebut. Maka dari itu, film dan komik merupakan medium sempurna untuk menyebarkan gagasan dan mengkonstruksikan kesadaran masyakat.

Tidak aneh jika hari ini, anak-anak TK kini fasih berbahasa Malaysia karena sering menonton Upin-Ipin, siswa-siswi SMP tidak menyukai Rusia karena Captain Amerika, pelajar SMA menyukai lelucon dan kekerasan gara-gara Deadpool, mahasiswa Indonesia yang kini ke korea-korean karena digempur serial drama korea  dan ibu-ibu yang semakin emosian karena kebanyakan nonton Uttaran tiap hari.

Berangkat dari hal tersebut keberadaan Aquanus menjadi sangat penting bila masih berharap Indonesia menjadi poros maritim, kita perlu karya untuk menjadi lawan tanding mereka dalam merebut kembali kepribadian bangsa,  bangsa kita perlu icon yang mereprsentasikan semangat maritim yang kuat, yang akan dikenal, menginspirasi sekaligus menghibur. Semua itu sebenarnya dapat ditemukan di sosok Aquanus.

Aquanus Juru Selamat Poros Maritim

Lewat film dan komik lah Amerika mengkonstruksi dan menghegemoni  masyarakat dunia. Maka dari itu, sangat tepat jika kita menjadikan Aquanus sebagai soft power untuk pertempuran kebudayaan, dalam mempengaruhi persepsi juga gaya hidup masyakat dunia maupun di Indonesia.

kita harus memproduksi film dan komik yang menceritakan perjuangan Aquanus menghadapi illegal Fishing, melawan polusi atau limbah dalam bentuk monster, atau keserakahan perusahaan asing yang ingin menguasai Indonesia yang disimbolkan dengan robot atau alien, penyelamatan nelayan  dari aksi teroris negara lain, dan banyak hal lain dari masalah maritim kita yang perlu dibuatkan metaforanya dalam bentuk film dan komik agar dapat dinikmati oleh berbagai kalangan.

Tidak hanya mempunyai fungsi edukasi, peran Aquanus juga dapat mendorong pertumbuhan dan perluasan bisnis di sektor maritim. Aquanus bisa menjadi ikon pariwisata laut Indonesia, setiap setting tempat Aquanus beraksi bisa menjadi sarana promosi wisata yang menarik.

Selain memperkuat lini bisnis pariwisata, melalui Aquanus, industri kebudayaan dan industri produk dalam negeri akan semakin tumbuh. Industri kebudayaan akan terpacu untuk memproduksi berbagai macam karya mulai dari games, action figure, dan semacamnya.

Sedangkan, Industri produk dalam negeri akan mendapatkan keuntungan dari segala produk yang digunakan sekaligus dipromosikan oleh Aquanus, seperti makanan, pakaian,  dan gaya hidup apapun yang tergambarkan oleh film maupun komik.

Menjadikan Aquanus sebagai juru selamat poros maritim adalah hal yang sangat mungkin dilakukan. Untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah perlu melibatkan berbagai stakeholder seperti media,  industri budaya (film, komik, musik, animasi, games), industri produk komersial dan komunitas kreatif dalam rangka menanamkan wawasan kemaritiman kepada masyarakat. 

Pemerintah Indonesia harus terlibat aktif dalam mempromosikan dan memfasilitasi para stakeholder dalam membangun ikon Aquanus dengan berbagai kebijakanya. Sedangkan industri budaya dan industri produk dalam negeri bertugas untuk menciptakan produk yang dapat dipahami dan dikonsumsi oleh masyarakat. Lalu peran media adalah untuk mengoptimalisasi mengenalkan Aquanus keseluruh masyarakat.

Lambatlaun, dapat dipastikan, dengan mengemas wawasan maritim dengan renyah dan ringan akan sangat memudahkan proses internalisasi nilai kemaritiman kepada  seluruh elemen bangsa Indonesia. Dan bila ini dapat berkelanjutan dan semakin besar, transformasi besar-besar akan terjadi digenerasi selanjutnya. Pertanyaan sekarang adalah, usai Civil War maukah kita  menjadikan Aquanus sebagai pahlawan maritim?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun