Mohon tunggu...
Ana Indriyani
Ana Indriyani Mohon Tunggu...

school principal Kinderstation preschool and daycare Jakal Yogyakarta yang ingin dibagi dan membagi pengalaman tentang hidup dan pekerjaan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayah, Kita Beli Ibu Baru di Mall, Yuk!

6 Desember 2012   03:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:07 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Suasana pagi yang tenang tiba-tiba dipecahkan oleh suara alarm dari telepon genggam yang sengaja dipasang untuk waktu tertentu. Kringgggg……………………………………. Dengan seketika sang ibu bangun.

Dengan tergesa-gesa si ibu mulai member i instruksi-instruksi pada pembantunya. Masak air, siapin sarapan, siapin baju untuk sekolah Wisang, dan seterusnya dengan suara yang bisa mengalahkan klakson bemo. Mau tidak mau sang ayah juga terbangun. Siapa yang bisa tahan melanjutkan tidur sementara suara di luar kamar seperti bunyi latihan drumband?

Waktu sudah pukul setengah delapan ketika ibu tersadar kalau anak semata wayangnya, Wisang, masih tidur tengkurap di kasurnya sambil menghisap jempol, kebiasan yang belum bisa dihentikan kedua orang tuanya. Si ibu mulai mendekati anak laki-lakinya itu

“ ayo sayang, bangun, sekolah, sudah siang lho!” katanya dengan suara dibuat selembut mungkin.

Wising bergeming. “Ayolah ibu”, mungkin begitu katanya dalam hati. Aku kan baru berumur dua tahun. Lebih asyik juga tidur sebentar, terus nanti makan,main-main sama embak, terus nonton tivi. Kayaknya dulu pas ibu kecil, umur dua tahun belum sekolah deh. Masak sekarang ia disuruh sekolah.

Si ibu mulai kehabisan sabar. Dia goyang-goyang tubuh anak kecil itu, sambil mengucapkan kata-kata yang ia harap bisa membangunkan anaknya.

Ketika wisang tak juga bangun, si ibu mulai berteriak-teriak;

“ayolah Wisang, nanti kamu terlambat ke sekolah, ibu juga juga ikut terlambat, kerjaan ibu di kantor sangat banyak, kalau nanti ibu tiba di kantor siang, itu berarti ibu akan pulang malam, itu berarti kamu akan ketemu ibu Cuma sebentar dan itu semua salahmu!” cerocosnya tanpa henti.

Wisang mulai menutup telinganya. Mungkin ia sudah mulai hapal dengan omongan ibunya itu. Dan itu mulai membuat ibunya menjadi marah. Ia mulai menumpahkan kekesalannya pada ayah, yang sedari tadi menjalankan aktivitasnya sendiri tetapi tanpa banyak bicara.

“ lihat anakmu itu, Yah! Kalau benini caranya tiap hari, lama-lama ibu akan selalu terlambat ke kantor, kerjaan ibu jadi keteter, mungkin malah bisa dipecat nanti. ini baru anak satu, gimana nanti kalau anak kita tambah!”

Tiba-tiba Wisang terbangun. Ia mendekati ayahnya tanpa mendengarkan ibunya. Sambil menggandeng tangan ayahnya, Wisang berkata dengan lafal yang belum begitu jelas: “Ayah, kita beli ibu baru di mall yuk! Ibu yang ini menyebalkan!”

ayah dan ibu pun melongo!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun