Mohon tunggu...
Anab Afifi
Anab Afifi Mohon Tunggu... Konsultan -

Saya ingin mendengar dan belajar dari Anda serta memberi apa yang saya bisa @anabafifi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Di Manakah Sorga Itu Ibu?

31 Maret 2011   04:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:16 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arie Hanggara, bocah 7 tahun ini tewas dianiaya orang tuanya sendiri. Peristiwa pada akhir November 1984 itu tiba-tiba menyentakkan perhatian publik.

Sahabat,

Menyaksikan berita televisi baru-baru ini kita menemukan kisah memilukukan yang dialami anak-anak, yang rasanya hal itu sulit dimengerti bisa terjadi.

Seorang Ibu di Jakarta Selatan, diketahui telah membunuh anak gadisnya, Agnes Kharisma (17 tahun), dengan menyewa para pembunuh. Sementara di Palembang, Sumatera Selatan, seorang ibu tega menyiksa anak balitanya, Hengki Martin (4 tahun) hingga tewas. Sedangkan di Sulawesi Selatan, meski tidak sampai tewas, seorang ibu guru dilaporkan telah menghukum secara sadis salah seorang muridnya yang masih kelas satu SD, dengan cara menggunting ujung lidah anak malang tersebut.

Kejadian itu mengingatkan saya pada peristiwa tragis di Jakarta, November 1984, yang menimpa seorang anak berumur 7 tahun beranama Arie Hanggara.Arie tewas disiksa kedua orang tuanya. Kisah bocah malang tersebut pernah diangkat ke layar lebar oleh sutradara Frank Rorimpandey, dan dibintangi Deddy Mizwar dan Joice Erna.

[caption id="" align="alignleft" width="358" caption="Arie Hanggara, bocah 7 tahun ini tewas dianiaya orang tuanya sendiri. Peristiwa pada akhir November 1984 itu tiba-tiba menyentakkan perhatian publik."][/caption] Kasus Arie Hanggara, sepertinya tidak berhasil memberikan pelajaran sehingga kejadian serupa terulang kembali saat ini.

Kejadian tersebut juga mengajarkan, bahwa di balik kodrat seorang ibu yang penuh welas dan kasih sayang, ternyata juga menyimpan kekejaman. Mengapa hal itu terjadi, memang perlu penelitian secara komprehensif dari berbagai aspek, baik mental, kondisi sosial, dan spiritual.

Di luar itu semua, saya melihatnya sebagai sebuah fenomena perempuan yang ‘hilang jati-diri dan kodrat keibuannya’. Sebuah kodrat makhluk yang demikian luhur dan anggun bagi terbentuknya suatu kehidupan keluarga dan masyarakat yang beradab mulia.

Sahabat yang budiman,

Dalam ajaran yang kitapahami secara universal, memang demikianlah kodrat yang telah disemayamkan oleh Tuhanyang Maha Kasih kepada sosok ibu. Suatu kelebihan tersendiri yang tidak diberikan kepada kaum lelaki. Melalui rahimsebagai sebagai simpul bersemayamnya kasih sayang.

Di dalamnya ketika segumpal daging belum menjadi sesuatu yang dapat disebut, kehidupan dimulai dan membentuk wujud yang bergerak memutar selama 9 bulan. Kata rahim sendiri bermakna curahan kasih sayang. Ia adalah pusat orbit yang senantiasa dikelilingi kehidupan.

Ibu dalam bahasa Arab disebut dengan ‘Umm’. Kata itu berasal dari amma - ya’ummu - umm, yang berarti sesuatu yang senantiasa dikelilingi. Maka ia adalah pusat dari orbit.Orbit bagi keluarga bahkan masyarakat.

Contoh sederhana, jika seorang anak pulang dari aktifitasnya di luar rumah, makapertama-tama yang dicari pasti ibunya. Demikian juga ketika seorang ayah pulang dan tidak menemukan sosok pendamping yang biasa menyambutnya, maka dia akan bertanya kepada penghuni rumah: “Ibu mana?”

Itulah yang saya maksud ibu sebagai ‘pusat orbit’ keluarga.

Dari kata dasarnya, kata umm juga membentuk dua kata yang sangat penting: ummah (masyarakat) danimam (pemimpin). Dus, ibu dalam teologi Qur’an, mengarahkan kita kepada pemahaman sebagai sosok yang melahirkan pemimpin (imam) dan membentukmasyarakat (ummah).

Katamama, mom, atau mommytampaknya juga berasal dari umm tersebut. Sekelompok etnis tertentu di Indonesia juga memiliki panggilan mirip yaitu mak.

Demikian kuat makna umm itu, juga mendorong banyak orang tua mengajarkan anak-anak mereka memanggil ibunya dengan sebutan ummy. Sebuah panggilan yang ingin diasosiasikan kepada sosok keluarga religius.

Saya pribadi, meski tidak asing dengan bahasa Arab sejak kecil, lebih menyukai cara panggilan bahasa kita sendiri. Saya juga tidak mengajarkan anak saya memanggil ibunya dengan ummy. Menurut saya, sebutan ibu, bunda, mak atau mbok, terasa lebih membumi.

Sahabat,

Dalam Islam, sosok ibu menduduki tempat mulia dan tinggi dalam relasi keluarga. Khususnyahubungan ibu-anak. Sikap hormat dan berbuat baik kepada orang tua, menempati tempat kedua setelah kewajiban untuk bertahuid (meng-esakan Allah).

Suatu ketika seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang siapa diantara kedua orang tua yang paling harus dihormati. Baginda menjawab tiga kali:”Ibumu…!”.

Bahkan, begitu dimuliakannya sosok ibu, Rasulullah menyebutkan: “Aljannatu tahta aqdaamil-ummuhaat - Sorga berada di bawah telapak kaki ibu”. Tentu saja, kalimat itu bukan tidak hanya dipahami dalam makna harafiah atau tekstual.

Makna hakikinya, ketika seorang ibu mampu memfungsikan dirinya sebagai pendidik, teladan, serta pembangun kedamaian dengan kasih sayangnya, akan menciptakan sorga dalam rumah tangga.Sedangkan sorga dalam makna akhirat, situasinya kelak tercermin dariiklim yang diciptakan dalam kehidupan saat ini. Tentu saja sesuai standardan nilai-nilai Qur’ani atau dicontohkan Rasulullah.

Intinya, tugas anak kepada ibu adalah patuh dan hormat, sepanjang tidak diperintah berbuat maksiat apalagi berlaku syirik. Sebaliknya, ibu memiliki tugas dan tanggung jawab sesuai peran mulianya. Sebuah relasi dari putaran orbit keluarga yang indah.

Hari ini kita belajar lagi. Enough is enough. Cukuplah sudah kekerasan orang tua yang menewaskan Arie Hanggara 25 tahun silam, seorang ibu yang membunuh anak gadisnya di Jakarta Selatan, dan ibu yang menyiksa hingga tewas anak balitanya di Palembang itu. Kejadian itu menyadarkan kita akan arti dan peran seorang ibu sebagai pusat orbit keluarga surgawi.

Siapapun kita, tak akan kuat mendengar jerit pilu mereka sambil meneriakkan tanya: ”Di Manakah Sorga itu Ibu?”

Talk you soon

Anab Afifi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun