Mohon tunggu...
kholid amrullah
kholid amrullah Mohon Tunggu... -

menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menguak Misteri Istana Kerajaan Singhasari

30 November 2014   22:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:25 2989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memperingati hari ulang tahun (HUT)ke-1254 Kabupaten Malang yang jatuh pada hari ini 28 November, Jawa Pos Radar Malang menyajikan edisi khusus tentang sejarah kebesaranKerajaan/Negara Singhasari. Sejarah ini penting untuk mengingat kembali bahwa pada tahun 12221292 atau selama 70 tahunmasa itu pernah berdiri Kerajaan/Negara besar bernama Singhasari di wilayah Kabupaten Malang. Dengan pemaparan sejarah ini diharapkan bisa menjadi pembangkit semangat masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Malang untuk mengulang kejayaan masa silam tersebut.

Dalam tulisan ini, Jawa Pos Radar Malang akan lebih fokus untuk mengungkap letak Istana Kerajaan Singhasari yang hingga saat ini masih diliputi misteri. Sebab, meski Singhasari adalah negara yang sangat besar, tapi tidak banyak peninggalan sejarah yang bisa dilihat selain Candi Singosari, Candi Kidal, Candi Jago, serta Arca Dwarapala. Bahkan untuk posisi istana kerajaan saja masih simpang siur.

Padahal,Negara Singhasari  adalah sejarah sebagai salah satu bukti kebesaran bangsa Indonesia.Kerajaan/negara yang dulu berada di wilayah Kabupaten Malang itu menjadi cikal bakal lahirnya Nusantara dan bangsa Indonesia saat ini. Melalui keturunan Singhasari pula, raja-raja besar di Nusantara dilahirkan. Dari wilayah Kabupaten Malang atau tepatnya di Kecamatan Singosari, Negara Singhasari waktu itu telah mampu menancapkan kekuasaannya hingga Sumatera, Malaysia, dan Thailand untuk wilayah barat dan Bali untuk wilayah timur.  Singhasari waktu itu adalah kerajaan besar yang sangat disegani.

Namun sayang, kebesaran Singhasari tidak bisa dilihat secara lengkap saat ini.Karenaartefak sejarah yang tersisa dan relatif terjaga tersebut hanya Candi Singosari, Candi Kidal, Candi Jago, dan Arca Dwarapala. Sedangkan arca-arca yang bisa menjadi salah satu petunjuk sejarah ternyata banyak yang hilang dan dirusak. Bahkan, di mana letak Istana Kerajaan/Negara Singhasari hingga sekarang belum ada keterangan yang jelas. Sejumlah sejarawan berbeda pendapat menentukan letak Istana Singhasariyang sebenarnya.

Berangkat dari kesimpangsiuran informasi itu, Jawa Pos Radar Malang mencoba menguak letak Istana Singhasari yang diyakini mendekati kebenaran. Dari berbagai sumber baik sejarawan, pemerhati budaya, serta literatur. Hasil yang samar-samar tersebut mulai terkuak, di mana sesungguhnya letak Istana Kerajaan/Negara Singhasari tersebut.

Salah satu petunjuk yang dinilai cukup kuat adalah hasil penelitian dalam desertasi sejarawan Universitas Negeri Malang (UM) Drs Blasius  Suprapta M Hum.Berdasarkan hasil penelitian Blasius melalui studi literatur dan peninjauan lapangan serta hasil Jelajah Seribu  Situs yang digelar Jawa Pos Radar Malang-Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang serta Perum Perhutani KPH Malang, ditemukan sejumlah bukti pendukung yang menguatkan dugaan bahwa  Istana Kerajaan Singhasari berada di dua wilayah. Yang pertama pada masa Ken Arok hingga Raja Wisnuwardhana awal, Istana Singhasari berada di Kuto Bedah atau sekarang Kotalama yang saat ini berada di wilayah Kota Malang. ”Dulu nama Ibu Kota Singhasari adalah Kutaraja, yang mana diduga yang sekarang menjadi Kuto Bedah atau Kotalama,” terang dia.

Untuk letak persisnya, berdasarkan analisa di lapangan, diduga letak Istana Kerajaan Singhasari pada masa Ken Arok adalah di lahan antara pertemuan Sungai Brantas dan Sungai Bango atau yang juga disebut Supit Urang. Nah, penguatan dugaan tersebut, menurut Blasius, pada tahun 1882 berdasarkan tulisan Rafles, di wilayah tersebut masih ada desa yang bernama Kutorejo. ”Bahkan dalam catatan Rafles tersebut masih melihat benteng batu bata sepanjang sekitar 1 mil,” terang Blasius sambil menujukkan peta lokasi yang dia gambar.

Selain itu, pada tahun 1882, di kawasan tersebut juga ditemukan sejumlah arca, salah satunya Arca Dwarapala. Berikutnya, adanya banyak patirtan di sepanjang Sungai Bango yang masih bisa dilihat hingga saat ini.

Nah, setelah masa Raja Wisnuwardhana, pusat kerajaan dipindah ke Singhasari. Yang mana, saat itulah dibangun pusat kerajaan yang besar. Sebab pada masa Wisnuwardhana dan kemudian dilanjutkan oleh anaknya Kertanegara, Singhasari mengalami kemajuan yang sangat pesat. Bahkan, kekuasaannya hingga Sumatera, Malaysia, Thailand, dan termasuk  sejumlah kerajaan di wilayah Indocina sekarang.

Berdasarkan informasi literatur dan sisa-sisa peninggalan benda sejarah seperti candi dan arca, Blasius menyebutkan bahwa pintu masuk Istana Singhasari itu dari arah timur. Yaitu dari Jalan Raya Surabaya–Malang masuk ke Jl Kertanegara h itu ada Candi Singosari di kanan jalan lurus ke barat hingga ditemui dua Arca Dwarapala. ”Dugaan kami, dua Arca Dwarapala itu adalah pintu gerbang masuk wilayah Istana Singhasari,” terang Blasius.

Sedangkan istananya berada di wilayah yang kini disebut sebagai Dusun Kadipaten di Desa Candirenggo Singosari sekarang. Dugaan tersebut dikuatkan dengan banyaknya temuan benda purbakala di Dusun Kadipaten dan sekitarnya. Mulai dari patirtan, batu-batu kuno, gerabah kuno, serta benda-benda kuno lainnya, yang mana jumlahnya sangat banyak. Dengan temuan itu menunjukkan bahwa dulu daerah tersebut sebagai tempat yang penting atau tempat tinggal para pembesar kerajaan dan raja itu sendiri. ”Di kawasan tersebut sebenarnya juga ditemukan 4 candi dengan ukuran kecil selain Candi Singosari yang ada sekarang,” terang dia.

Dugaan letak Istana Kerajaan Singhasari itu, lanjut dia, juga dikuatkan dengan topografi wilayah Singosari sekarang. Yang mana, di sebelah utara terdapat sumber air besar yang sekarang dijadikan sebagai Pemandian Ken Dedes yang kemudian dialirkan ke daerah perkotaan yang mana saluran-saluran itu masih ada hingga saat ini. ”Jadi kawasan Ibu Kota Singhasari tersebut dulu sudah didesain sangat bagus, baik tata kota maupun sistem irigasinya,” terang Blasius.(c2/lid)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun