Krisis Ikon Jambi: Islamic Center Rp150 Miliar Terjebak Skandal Tender, Bocor, dan Dugaan Korupsi
JAMBI -- Proyek Islamic Center Provinsi Jambi, yang diimpikan sebagai mahakarya dan pusat peradaban Islam di kawasan timur Sumatra, kini menjadi episentrum masalah tata kelola pembangunan daerah. Menelan dana APBD Provinsi sebesar hampir Rp150 miliar melalui skema tahun jamak (multiyears), bangunan megah di seberang Bandara Sultan Thaha ini justru mencoreng citra pemerintah daerah, terjerat dalam isu kegagalan konstruksi, dugaan praktik curang dalam tender, dan polemik penambahan anggaran yang sensitif.
Retaknya Kebanggaan: Cacat Konstruksi dan Kualitas Material yang Dipertanyakan
Ironi terbesar dari Islamic Center Jambi adalah kenyataan bahwa kerusakan fatal telah terjadi bahkan sebelum bangunan sepenuhnya diserahterimakan dan digunakan.
Bocor dan Banjir di Ruang Ibadah
Titik awal kegaduhan adalah insiden kebocoran parah pada atap masjid di tengah guyuran hujan, yang menyebabkan air melimpah dan menggenangi lantai ruang salat utama. Visual yang beredar luas ini memicu kecaman publik: bagaimana mungkin sebuah proyek monumental dengan biaya ratusan miliar rupiah gagal memenuhi fungsi dasar sebuah masjid, yaitu sebagai tempat perlindungan yang kering untuk beribadah? Pihak kontraktor dan Dinas PUPR berdalih bahwa kebocoran ini hanyalah "keteledoran teknis" kecil, namun para kritikus menilai ini sebagai indikasi kegagalan struktural yang serius.
Sorotan Material dan 'Gagal Konstruksi'
Lebih jauh, muncul kritikan tajam mengenai kualitas material yang digunakan. Dugaan penggunaan material yang lebih murah atau tidak sesuai spesifikasi, seperti dinding GRC (Gypsum Reinforced Concrete) yang dilaporkan rentan retak, telah menimbulkan keraguan tentang integritas konstruksi. Para pakar infrastruktur bahkan tanpa ragu menyimpulkan adanya "Gagal Konstruksi", yang definisinya adalah kegagalan mencapai standar teknis yang direncanakan. Jika kerusakan parah sudah muncul di awal masa pemeliharaan, itu bisa menjadi sinyal bahwa fondasi perencanaan dan pengawasan proyek memang bermasalah.
Aroma Rekayasa: Skandal Tender dan Indikasi Korupsi
Isu kualitas yang buruk ini tidak bisa dilepaskan dari proses pengadaan yang diduga cacat sejak awal, memicu serangkaian desakan untuk penyelidikan hukum.
Pola Tender Mencurigakan