Minggu (17/5) Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), MPR dan BNPB menggelar konser amal virtual untuk menggalang dana penanggulangan Covid-19 menuai kecaman, hal ini dikarenakan beredarnya foto bersama di studio berlangsungnya konser yang dinilai tidak menjalankan protokol pencegahan Covid-19 dalam kategori: tidak memakai masker dan tidak menjaga jarak/physical distancing.
Kendati demikian, Romo Benny Susetyo dan Ketua MPR Bambang Soesatyo telah meminta maaf atas kejadian tersebut dimana ia menjelaskan bahwa hal itu terjadi spontan, karena semua pihak pada saat itu tengah bergembira. Akan tetapi pada saat konser berlangsung mereka tetap menjalankan protokol kesehatan.
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsudin juga mengkritik gelaran konser yang menurutnya merayakan kegembiraan atas penderitaan rakyat ditengah pandemi virus corona (Covid-19).Â
Menurutnya pemerintah dalam keadaan penuh keprihatinan seperti ini harusnya memperbanyak doa dan munajat ke Hadirat Sang Pencipta, Allah SWT sesuai dengan sila pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Din menilai pemerintah harusnya lebih fokus terhadap dampak yang krusial akibat Covid-19 seperti banyaknya pengangguran karena PHK dan bantuan sembako yang tidak merata pembagiannya.
Di sisi lain juga pemerintah sudah menggelontorkan dana sebanyak 405,1 Triliun untuk penanganan Covid-19 di Indonesia, Alokasinya terbagi dalam beberapa pos. Bidang kesehatan mendapatkan anggaran senilai Rp 75 triliun dan jaring pengaman sosial Rp 110 triliun.Â
Selain itu, insentif perpajakan dan stimulus KUR memperoleh alokasi Rp 70,1 triliun dan pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional Rp 150 triliun. Anggaran dana bantuan ini diperuntukkan bagi golongan miskin dan usaha terdampak korona yang rencananya akan mulai dicairkan pada April ini hingga setidaknya tiga bulan ke depan.
Maka, tidak heran jika acara konser yang digelar BPIP, MPR dan BNPB Â kemarin ada yang menilai sebagai ajang 'pencitraan' meskipun 2024 masih jauh dan belum terlihat hilalnya, namun taktik politik bisa dimulai dari kapan pun dan memanfaatkan sebuah momentum.