Mohon tunggu...
Amri Pradana
Amri Pradana Mohon Tunggu... -

CIVIC AND LAW

Selanjutnya

Tutup

Politik

Golput (Golongan Putih)

30 Maret 2014   19:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:17 1005
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika kita berbicara tentang pemilu, maka tidak asing ditelinga kita akan terdengar kata golput atau sering disebut golongan putih. Golput atau golongan putih adalah orang yang berhak ikut dalam pemilu akan tetapi tidak memanfaatkannya atau dalam kata lain tidak memberikan hak pilihnya untuk salah satu Capres dan juga sudah menjadi realitas.

Di Indonesia tingkat golput masih sangat tinggi. Mengapa hal golput itu terjadi? Hal itu mungkin terjadi karena Mereka tidak percaya dengan partai atau suatu caleg yang ada, dan mereka tidak tahu dan tidak mengenali caleg tersebut, binggung siapa yang akan di contreng ? serta partai juga tidak tahu dan tidak berusaha cari tahu. Mereka merasa suatu sistem yang dipakai tidak sesuai, dan itu hanyalah akal-akalan partai besar saja.

Hal diatas mungkin yang menjadi penyebab golput, Mereka para caleg hanya banyak janji , selain itu janji mereka yang dulu akan memberantas Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) malah hanya omong kosong, Mereka bukan memberantas tapi malah melakukanya.

Saya rasa Golput itu tidak haram untuk dilakukan, akan tetapi halal dilakukan karena lebih baik tidak memilih daripada kita memilih suatu pemimpin yang salah, tidak jujur dan juga tidak bertanggungjawab untuk bangsa dan negara.

Memilih yang benar haruslah berdasarkan kecerdasan dan pemahaman politik yang benar. Memilih harus tahu kriteria dan ciri-ciri dari calon pemimpin dan calon wakil rakyat yang berkualitas dan juga selain dari itu harus tahu mana yang benar-benar dan yang berkualitas, mana yang benar-benar tidak berkualitas menurut para pemilih.

Sayangnya, sekitar 70% yang datang ke TPS adalah para orang yang kurang tau adanya politik. Apalagi, 50% dari mereka yang hanya berpendidikan lulusan SD atau tidak tamat SD yang mengikuti sebagai pemilih. Lebih parah lagi, selama ini rakyat tidak pernah mendapatkan pendidikan dan pencerahan politik. Mereka memilih hanya berdasarkan hal-hal yang tidak rasional yang karena money politic-lah, tergiring hasil survei politiklah, termakan iklan-iklan di TV-lah, dan pengaruh-pengaruh lain yang tidak mencerdaskan.

Mengkritik adalah hak setiap warganegara yang tidak golput maupun yang golput, ini dijamin UUD 1945 yang menyatakan dengan tegas bahwa berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat dijamin undang-undang sejauh tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Karena rakyat itu lebih berkuasa dari wakil rakyat.

Kita bagi Warga Negara yang baik dan berpendidikan, kita harus selalu mengamati partai politik yang ada di Indoneia supaya kita tidak salah memilih partai politik yang bertanggung jawab. kita juga sebagai warga negara yang mengerti olitik juga harus memilih sesuai hak pilih yang sudah diberikan kepada kita, dan juga jika bisa jangan Golput.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun