Bali selalu menjadi ikon daya tarik pariwisata Indonesia yang paling populer. Keindahan pulau Dewata ini memiliki daya pukau tidak hanya pada lokasi wisata yang menakjubkan dengan pemandangan memikat yang membuai mata, juga pada upacara-upacara adat dan merupakan representasi eksotisme budaya khas daerah yang unik. Salah satu upacara adat yang sakral dan cukup kolosal diadakan pada tanggal 2 November 2010 lalu berupa prosesi Pelebon (pembakaran jenazah) Ida Dwagung Peliatan, raja Puri Agung Peliatan ke-IX bertempat di Puri Agung Peliatan, Ubud Gianyar Bali. Beliau wafat pada tanggal 20 Agustus 2010 pukul 02.00 WITA dalam usia 71 tahun. Almarhum Ida Dewagung Peliatan adalah keturunan Raja Peliatan pertama dari pasangan Ida Tjokorda Gde Rai dan AA Istri Mas. Beliau diangkat atau Mabhiseka Ratu (gelar) sebagai Raja Peliatan IX sejak 5 Juni tahun 2001. Tidak hanya ribuan warga Ubud mengantar kepergian sang raja ke Nirwana dalam sebuah ritual khusus bahkan Raja Solo dan rombongan yang beranggotakan 20 orang telah datang beberapa hari sebelumnya untuk ikut menghadiri acara spektakuler ini. Wisatawan lokal dan mancanegara juga telah jauh-jauh hari sebelumnya "menandai" hari perhelatan akbar ini dan siap menjadi bagian dari kemeriahan acaranya yang konon merupakan upacara Ngaben termegah yang pernah dilaksanakan dalam kurun waktu 30 tahun terakhir di Ubud. Telah jauh hari sebelumnya, "Bade" (tempat mengusung jenazah) tumpang solas atau bertingkat 11 dengan ketinggian 25,5 meter disiapkan. Bade ini terdiri dari bagian setinggi 10,5 meter, Bale-balean tinggi 3 meter dan tumpang dengan tinggi 12 meter. Bade ini memakai pondasi berupa pengawak dasar ukuran 3,10 meter x 2,45 meter. Bade adalah wadah untuk mayat yang diusung bersama dengan sebuah replika lembu atau sapi berwarna putih yang besar dan indah. Bade tersebut diusung oleh sekitar 300 orang dari 35 banjar di kecamatan Ubud dan Tegallalang. Satu hari sebelum perayaan atau tanggal 1 November, Bade tersebut benar-benar siap. Kemudian bade akan disatukan dengan tangga setinggi 25 meter bertempat di Ancak Saji Puri Agung Peliatan. Replika Lembu menggunakan mahkota sesuai dengan kedudukan yang meninggal dan terbuat dari rangkaian bambu dibungkus kain putih yang diimpor dari Norwegia, yang pembuatannya di Puri Agung Peliatan Ubud memakan biaya hingga ratusan juta. Patung Lembu setinggi 5 meter yang megah ini juga menjadi simbol strata sosial dan kesucian dari kasta Ksatria.
Naga Banda adalah lambang upacara kremasi kerajaan dan khusus disiapkan bagi anggota kerajaan untuk membawa arwah mereka ke nirwana. Naga banda yang bersisik kulit emas itu dibuatkan khusus dari Puri Agung Ubud. Naga banda itu dijemput 27 Oktober 2010 dari Puri Ubud menuju Puri Peliatan. Pada saat upacara pelebon, naga banda akan dipanah oleh Ida Pedanda Lingsir Griya Santhi Peliatan, Ubud. Naga banda akan menjadi salah satu kendaraan untuk jenazah yang akan dikremasi. Prosesi Pelebon merupakan acara puncak dari rangkaian acara yang dilaksanakan sebelumnya dan makna Pelebon adalah merupakan proses pelepasan hal-hal duniawi dari orang yang meninggal. Mengembalikan unsur-unsur pembentuk tubuh manusia kepada alam (dalam bentuk lima elemen yang dikenal dengan Panca Maha Buta yaitu tanah, udara, api, air, dan eter)., dan melepaskannya dari ikatan duniawi. Biasanya keluarga yang ditinggalkan mengantar arwah yang wafat dalam suasana kesedihan dan duka cita. Namun sebelum prosesi Pelebon menyiratkan makna sebaliknya. Ritual ini merupakan sebuah cara untuk menenangkan jiwa yang "pergi" dan memastikan tak ada isak tangis dari keluarga yang ditinggalkan. Di Bali berkembang keyakinan, tangisan keluarga akan menghalangi perjalanan sang arwah menuju nirwana. Menjelang upacara Pelebon Almarhum Ida Dewagung Peliatan, dilaksanakan sejumlah acara seperti tarian tradisional dan drama yang meriah tepat di depan pelataran pintu masuk Puri Peliatan yang tinggi dan megah. Penari itu kemudian bersandiwara mengungkapkan tentang acara pelebon yang akan digelar beberapa hari kemudian. Pengunjung riang gembira dan menikmati gerakan tari yang gemulai serta drama topeng dengan suara lantang menggema. Tidak hanya itu, bertempat di pelataran puri ada pertunjukkan wayang kulit yang dipentaskan pada pukul 9 malam. Pertunjukannya mirip seperti wayang kulit Jawa, bedanya tampilan bayangan justru tampak dari depan dengan layar mirip sebuah bioskop dan dalang tidak terlihat. Sungguh sebuah rangkaian prosesi yang meriah dan kolosal serta merupakan bagian dari kearifan lokal tradisi dan budaya khas bangsa Indonesia. Sumber foto : diambil dari Kompas.com dan Indonesia Travel
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI