Mohon tunggu...
Amran Rusid
Amran Rusid Mohon Tunggu... -

Graduated from University of Indonesia, University of Edmonton, Canada & University of Wollongong, Australia. Dosen Fakultas Ekonomi , jurusan Management & Tehnik Industry, Universitas Trisakti. Ketua Yayasan Sahabat Museum.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Halmahera-Morotai Day-3 : Galela, bunker Jepang Peninggalan Perang Dunia II, Gereja & Danau Duma

5 Desember 2012   01:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:11 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Plesiran Tempo Doeloe
Halmahera-Morotai Day-3 : Galela, bunker Jepang Peninggalan Perang Dunia II, Gereja & Danau Duma
Senin, 25 Oktober 2012

Galela, bunker Jepang Peninggalan Perang Dunia II

Pukul delapan pagi setelah sarapan kami telah siap dimasing-masing hotel untuk memulai perjalanan di hari ke-3. Kali ini rombongan Batmus dengan 4 Bus Damri berangkat ke Galela yang berjarak sekitar 40 km dari Tobelo. Pak Amran bersama Bobby dan Mas Firman (Oh iya, Mas atau Uda Firman ini adalah anggota Batmus di Ternate yang juga menyertai kami tahun lalu di Ternate-Tidore, dan beliau ini adalah seorang master diving) memisahkan diri dari rombongan untuk mengurus kapal/speedboat yang akan menyeberangkan kami nantinya ke Pulau Morotai. Selesai urusan kapal, dengan menggunakan "taxi" Avanza kami bergabung kembali di Galela dengan rombongan besar yang sedang melihat-lihat peninggalan PD II berupa bunker Jepang yang letaknya sekarang telah menjadi perkampungan penduduk di Galela. Bunker ini sekarang agak kurang terawat karena lokasi untuk mencapainya harus turun ke lembah dengan menempuh jalan setapak yang agak licin dan hanya beberapa peserta yang berhasil turun sampai ke bunker yang panjangnya sekitar 100 m tersebut.

Gereja Duma

Kemudian kami mengunjungi sebuah Gereja Tua di Duma, yang sekarang kelihatannya sedang direnovasi setelah terbakar waktu kerusuhan sosial beberapa tahun yang lalu. Seorang bapak tua penjaga gereja tersebut adalah seorang saksi sejarah dari pendudukan Jepang pada awal tahun 1942 dan beliau masih hafal banyak sekali lagu-lagu Jepang yang membangkitkan semangat. Beliau menyanyikan 4 atau 5 lagu Jepang dengan sangat lancar baik bahasa dan iramanya. Beberapa peserta sangat terkesan dan tidak lupa memberikan tips kepada bapak tersebut.

Danau Duma

Setelah dari Gereja, rombongan mampir ke Danau Duma, yaitu danau terbesar yang ada di Pulau Halmahera. Di pinggir danau terdapat taman yang terawat baik dan bersih, berudara sejuk dan kami sambil beristirahat menyaksikan panorama alam yang indah disekitar danau. Dalam perjalanan kembali ke Tobelo, kami mampir melihat-lihat satu meriam pantai besar peninggalan Jepang yang telah dipugar oleh Pemda setempat. Meriam ini mempunyai panjang kira-kira 10 meter dengan kaliber kira-kira 20 cm. Di zaman PD II yang lalu di sekitar Galela memang terjadi pertempuran seru antara Jepang dan Sekutu. Rombongan kemudian menuju pantai berpasir hitam panas vulkanik, dimana kami bersantap siang. Kami mencicipi hidangan prasmanan yang telah disiapkan panitia lokal dengan bersila/lesehan di bawah lindungan pepohonan dan pasir hitam, ditemani desiran ombak kecil, angin sepoi dan tentu saja hawa panas di siang hari. Hidangan penuh ikan, ayam goreng disertai makanan khas Galela berupa singkong rebus yang disana dikenal sebagai kasbi dan nasi lemang.

Sesampai kembali di Tobelo rombongan langsung menuju pelabuhan TPA (Tempat Pelelangan Ikan) untuk berlayar menuju Pulau Kakara. 1 speedboat diisi oleh 40 anggota rombongan, dan sisanya 40 orang lagi dengan men-charter beberapa Katinting yaitu perahu motor bercadik yang diisi oleh 4 orang setiap perahu. Pelayaran yang sangat mengesankan karena kami langsung mengenakan life-jacket berwarna orange yang jelas kelihatan dari kejauhan, seolah-olah ada perlombaan layar karena kami berangkat berbarengan. Sebagian anggota rombongan tinggal di Pulau Kakara untuk diving dan kebanyakan snorkeling, dan yang lainnya menggunakan Katinting menuju Pulau Tagalaya untuk menikmati pesona laut yang dangkal dan bersih dengan biota laut, hutan bakau dan main-main di pantai berpasir putih. Menjelang sore kami kembali ke Tobelo, masuk hotel, istirahat, mandi, sholat dan siap-siap untuk makan malam.

Makan malam atas undangan Pak Otje Papilaya, Kepala Dinas Pariwisata Halmahera Utara dengan menu khas Maluku Utara yang enak sekali. Selain beramah tamah dengan Pak Otje dan Pak Yus yang orangnya sangat ramah, kami menceritakan pengalaman kami selama 2 hari di Tobelo dengan segala plus minusnya yang di sambut oleh Pak Otje dengan baik. Makan malam diakhiri dengan hidangan penutup dan dilanjutkan dengan acara penyerahan hadiah berupa baju kaos PTD Morotai kepada beliau dan diakhiri kunjungan ke sebuah museum kerangka ikan paus berukuran sekitar 10 meter yang terdampar di pantai beberapa tahun yang lalu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun