Lihat ke Halaman Asli

Zarna Fitri

Terus bermimpi

Menghirup Segarnya Udara Hutan Mangrove di Utara Jakarta

Diperbarui: 1 September 2025   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman Wisata Alam Mangrove, dokumen pribadi/zar_pit.

Aroma amis dari pertemuan air laut dan air tawar (baca air payau) menemani langkah saya dan teman-teman dari komunitas Click dan Kreatoria siang itu.

Dari subuh saya sudah berangkat dari rumah menuju titik kumpul yaitu di stasiun Jakarta Kota untuk selanjutnya bersama-sama naik trans Jakarta menuju tujuan yakni Taman Wisata Alam Mangrove Angke di Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara. Mungkin begitu juga dengan teman-teman lainnya, karena pukul tujuh sudah harus berkumpul di stasiun.

Bus trans Jakarta berhenti tepat di halte depan Yayasan Tzu Chi Indonesia. Kami berjalan mengitari megahnya bangunan gedung tersebut. Mungkin hanya sekitar 500 meter saja ke arah belakangnya. Dan langsung menuju pintu gerbang Taman Wisata Alam Mangrove Angke.

Setelah berfoto bersama di depan pintu gerbangnya, kami beriringan masuk ke dalam untuk registrasi. Ternyata tidak boleh membawa makanan dan minuman ke dalam area. Daripada dibuang atau basi, kami duduk sejenak untuk menghabiskan sisa sarapan untuk menambah energi.

Sekadar informasi, biaya masuk ke dalam area mangrove adalah tiga puluh ribu untuk hari kerja dan tiga puluh lima ribu untuk di akhir pekan.

Masih terjangkau dengan suasana dan manfaat edukasi yang didapatkan saat menjelajah mangrove. Tanda kalau kita sudah diijinkan untuk masuk adalah mendapatkan tanda cap di punggung tangan dari petugas registrasi.

Mulai berjalan ke dalam area sudah disambut dengan segarnya udara dari pohon-pohon mangrove di kiri dan kanan jalan. Ada masjid juga yang estetik yang terbuat dari kayu. Dan sepanjang yang saya perhatikan, bangunan-bangunan yang ada di dalam area taman wisata alam mangrove ini semuanya terbuat dari kayu dan bambu. Lantai-lantai dari setiap bangunan apakah itu musala, kantin, caf, tempat penginapan, jembatan semuanya berbahan alam.

Pada hari itu ternyata juga sedang diadakan acara Festival Sahabat Mangrove dalam rangka mengapresiasi kiprah taman wisata mangrove ini yang sudah ada dan dilestarikan selama tiga puluh tahun. Sudah lama juga ternyata.

Tujuan pertama menyusuri jembatan gantung yang masih berdiri dengan kokoh. Goyangannya hanya sedikit, mungkin karena juga panjang jembatan yang tidak terlalu panjang. Berdiri di atasnya mengingatkan saya ketika dahulu ikut jelajah pramuka saat masih sekolah.

Hampir di setiap sudut taman dilengkapi dengan keterangan tentang sejarah dan peta dari taman wisata mangrove ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline