Degradasi Ekosistem
Proyek-proyek pemerintah yang didorong oleh kepentingan oligarki seringkali menimbulkan dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan dan habitat hewan, oligarki sebagai bentuk pemerintahan di mana kekuasaan dipegang oleh sekelompok kecil elit.
Seringkali jabatan atau kekuasaan yang didapatkan dari kekayaan dan koneksi, cenderung mengutamakan keuntungan ekonomi jangka pendek daripada keberlanjutan lingkungan.
Akibatnya proyek yang awalnya direncanakan dan dikampanyekan untuk kesejahteraan rakyat dan kelestarian lingkungan, malah justru menyengsarakan dan merusaknya.
ilustrasi rusaknya ekosistem akibat proyek industri (Sumber: Website Manjasul Ulum)
Oligarki seringkali memiliki hubungan erat dengan sektor-sektor ekstraktif seperti pertambangan, perkebunan skala besar contohnya sawit, dan eksploitasi hutan yang luasnya ribuan hektare.
Sri Wahyuni Jurnalis Jurnalposmedia menjelaskan relasi antara pemerintah dan pemodal atau pengusaha besar, seringkali menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.
Inilah yang disebut dengan istilah oligarki dimana kekuasaan membawa kerusakan lingkungan yang tidak disebabkan oleh fenomena alam, musibah-musibah seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan adalah akibat dari lingkungan yang tidak dipelihara.
Dari data BNPB sepanjang 3 Januari - 3 Desember 2020, banjir terjadi sebanyak 969 kali, kemudian puting beliung 809 kali, tanah longsor 514 kali, dan kebakaran hutan 325 kali.
Bahkan sejak era Orde Baru sumber daya alam di Indonesia tidak dikelola secara adil, meskipun Konstitusi sudah mengatur bahwa sumber daya alam harus digunakan untuk kesejahteraan rakyat.