Lihat ke Halaman Asli

Resume Pra Mataf 2

Diperbarui: 13 September 2025   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta pada Jumat, 12 September 2025, menyelenggarakan kegiatan Pra Mataf 2 dengan menghadirkan sejumlah pemateri yang membawakan tema berbeda. Acara ini berlangsung di Convention Hall UNISA dan diikuti oleh mahasiswa baru Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta angkatan 2025.

Pemateri pertama adalah Arif Nur Kholis, yang menjabat sebagai Sekretariat MDMC PP Muhammadiyah. Dalam pemaparannya, ia menjelaskan peran Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) sebagai lembaga Muhammadiyah yang berfokus pada manajemen bencana, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sejak 2010 hingga 2025, MDMC telah menangani 1.541 kejadian bencana, dengan jumlah respon terbanyak terjadi pada tahun 2023 dan 2022.

Bencana alam dan non-alam merupakan ancaman nyata yang dapat terjadi kapan saja, termasuk di lingkungan sekolah dan masyarakat. Dari materi yang dipaparkan, terlihat bahwa berbagai jenis bencana seperti kebakaran, gempa bumi, cuaca ekstrem, hingga pandemi memiliki dampak signifikan terhadap keselamatan jiwa, kerugian material, dan kelangsungan hidup manusia. Misalnya, kebakaran di sekolah dapat dipicu oleh korsleting listrik, kelalaian manusia, atau penggunaan bahan bangunan yang mudah terbakar, sementara gempa bumi menuntut kesiapsiagaan dengan langkah cepat seperti merunduk, berlindung, dan berpegangan pada tempat yang aman.

Selain itu, bencana cuaca ekstrem seperti hujan lebat, petir, dan angin kencang juga berpotensi menimbulkan kerusakan besar. Upaya mitigasi yang dianjurkan mencakup mencari tempat perlindungan yang kokoh, menjauhi pepohonan besar, serta mematikan aliran listrik ketika berada di dalam ruangan. Indonesia sendiri memiliki catatan panjang bencana besar, seperti gempa bumi Yogyakarta 2006, letusan Merapi 2010, hingga pandemi COVID-19 pada 2020, yang semuanya meninggalkan dampak sosial, ekonomi, dan psikologis mendalam bagi masyarakat.

Data terbaru tahun 2025 menunjukkan jumlah kejadian bencana di Indonesia mencapai lebih dari 2.000 kasus hanya dalam delapan bulan pertama, didominasi oleh hidrometeorologi. Kerusakan ribuan rumah, fasilitas pendidikan, hingga jembatan menjadi bukti nyata bahwa risiko bencana terus meningkat. Oleh karena itu, pemahaman mengenai konsep risiko yang merupakan kombinasi antara bahaya, kerentanan, dan keterpaparan sangat penting. Kesadaran kolektif, kesiapsiagaan, serta respon cepat dari lembaga dan masyarakat, seperti yang dilakukan Muhammadiyah melalui MDMC, menjadi kunci dalam mengurangi dampak bencana dan melindungi kehidupan manusia.

Pemateri kedua adalah Dr. Komarudin, M.Psi., yang saat ini menjabat sebagai dosen Psikologi di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Dalam pemaparannya, ia menjelaskan materi yang mengategorikan identitas gender dan orientasi seksual seperti transgender, homoseksual, lesbian, dan biseksual sebagai “gangguan identitas gender.” Penempatan kategori ini memunculkan kontroversi karena tidak sejalan dengan standar medis dan psikologis internasional seperti DSM-5 atau WHO ICD-11, yang sudah tidak lagi menganggap orientasi seksual non-heteroseksual maupun identitas transgender sebagai gangguan mental.

Selain itu, juga membahas gangguan bipolar sebagai kondisi kesehatan mental serius yang ditandai dengan perubahan mood yang ekstrem, energi, dan tingkat konsentrasi yang drastis dan tiba-tiba. Penyampaian tersebut menggambarkan kondisi bipolar seperti menaiki roller coaster emosional, yang bisa menyebabkan seseorang mengalami euforia tinggi lalu tiba-tiba masuk ke dalam fase depresi tanpa sebab eksternal yang jelas. Gangguan ini juga dihubungkan dengan risiko tinggi, seperti putus kuliah, gangguan hubungan sosial, dan bahkan bunuh diri, sehingga membutuhkan penanganan medis dan psikologis yang tepat.

Pemateri juga membahas penanganan kecemasan. Beberapa pendekatan yang dijelaskan antara lain menerima kecemasan daripada menghindarinya, terapi perilaku kognitif (CBT) yang berfokus pada penggantian pola pikir irasional, serta intervensi berbasis mindfulness untuk meningkatkan kesadaran penuh terhadap pengalaman saat ini. Pendekatan-pendekatan ini dianggap efektif untuk membantu individu tetap berfungsi meskipun mengalami kecemasan, dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup secara menyeluruh.

Materi ketiga dibawakan oleh Bayu Wiwoho, S.Sos., M.M. dengan topik mengenai Sosialisasi BPJS. Dalam penjelasannya, Bayu menekankan pentingnya perlindungan kesehatan bagi mahasiswa, terutama saat menjalani praktik maupun kegiatan lapangan seperti KKN. Ia memperkenalkan berbagai layanan BPJS, mulai dari pendampingan, perlindungan kesehatan, layanan 24 jam, hingga program one day service. Bayu juga menyoroti manfaat fasilitas rawat jalan maupun rawat inap yang dapat menjamin keamanan mahasiswa ketika menghadapi kendala kesehatan. Sebagai bukti kepercayaan, ia turut menampilkan portofolio kerja sama BPJS dengan sejumlah perguruan tinggi besar di Indonesia, seperti UGM, Unair, Universitas Brawijaya, UNY, UNWIDA, hingga UPN.

Rangkaian materi yang disampaikan pada kegiatan Pra Mataf 2 Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta pada Jumat, 12 September 2025, tidak hanya berfungsi sebagai pengenalan untuk mahasiswa baru, tetapi juga memperluas wawasan mereka tentang kesiapsiagaan bencana, urgensi kesehatan mental, serta pentingnya jaminan kesehatan melalui BPJS. Dengan bekal tersebut, mahasiswa diharapkan mampu lebih siap menghadapi perjalanan akademik sekaligus berperan aktif dalam masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline