Lihat ke Halaman Asli

Rusj

Semoga bermanfaat.

Kebangkitan Nasional ke-II

Diperbarui: 21 Juni 2016   01:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita sudah melalui masa-masa yang berwarna sebagai bangsa. Masa-masa penjajahan dan kebodohan. Masa dimana kita sangat mudah diadu domba. Masa dimana kita begitu mudah dijajah dan dikalahkan. Oleh kekuatan jahat serakah sang penjajah.

Masa itu telah kita lalui. Dimulai dengan kebangkitan Nasional. Saat kesadaran tumbuh. Saat kedewasaan dan persatuan kita menjadi senjata untuk melawan. Akhirnya, persatuan kita pun menang. Penjajah pun harus hengkang karena tak ada lagi tempat baginya dibumi pertiwi.

Saat kemerdekaan dicapai, mulailah kita membangun negeri, menentukan nasib sendiri. Namun sayang, rupanya ini pun tidak berjalan serasi. Kita, masih bercerai berai. Kita masih harus berjuang, melawan diri sendiri. Kini musuh itu bukan lagi penjajah bangsa luar, tetapi penjajah dari ketidakjujuran bangsa sendiri.

1945 — 2016, 70 tahun lebih kita merdeka. Kita masih melakukan perjuangan yang sama. Melawan penjajah yang jauh lebih sulit, karena bersarang dalam diri. Ketidakjujuran, egoisme, keserakahan.

Sepertinya kita membutuhkan Kebangkitan Nasional yang Kedua. Yaitu, kesadaran berbangsa akan kejujuran dan kebersamaan. Bahwa, kejujuran harus menang dinegeri ini, kebersamaan harus jadi ruh disetiap sudut negeri. Cinta dan kasih sayang harus menjadi cemeti.

Jangan mau lagi kita dijajah, ditipu, oleh ketidakjujuran dan keserakahan. Jangan mau lagi, dikalahkan oleh egoisme.

Bangkitlah !

Kita sebagai bangsa harus menang, tuk kedua kali.

Dan temukan, diri kita yang baru. Indonesia baru. Yang penuh cinta dan harga diri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline