Pernahkah Anda merasa hidup ini penuh dengan tekanan? Sering kali kita marah, cemas, atau kewalahan oleh masalah yang tampaknya di luar kendali kita. Namun, bagaimana jika kunci untuk menghadapi semua itu adalah dengan senantiasa belajar mengendalian diri? Agaknya, senantiasa menjaga ketenangan batin kita lebih penting daripada menyesakkan dada kita dengan berabagai pikiran atas problem dan himpitan kehidupan.
Fitrah manusia adalah menjalani sejatinya manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai apa, sebagai khalifah maka tanggung jawabnya adalah menjaga stabilitas horizontal kita. Sedangkan sebagai hamba, tanggung jawab kita ya mengabdi kepada Tuhan, menjalankan fitrah kita sepenuhnya.
Hidup yang selaras dengan alam adalah tanggung jawab kita, bentuknya adalah menjaga dan bersyukur atas kekayaan alam semesta. Sedangkan menyukuri pikiran kita adalah dengan menggunakan akal sehat, berpikir jernih dan mengendalikan emosi.
Menurut ajaran Stoa, pengendalian diri adalah kemampuan untuk membedakan antara hal-hal yang bisa kita kendalikan dan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.
Epictetus, seorang filsuf Stoa berkata bahwa "Manusia terganggu bukan oleh apa yang terjadi, tetapi oleh opini mereka tentang apa yang terjadi."
Coba pikirkan. Ketika kita marah karena seseorang berbicara kasar, apakah kata-kata itu yang menyakiti kita? Atau justru karena cara kita menafsirkannya? Stoikisme mengajarkan bahwa respons kita terhadap situasi sepenuhnya ada dalam kendali kita. Dan inilah inti dari pengendalian diri.
Kita wajib mengendalikan diri kita, pikiran kita dan berbagai selera kita. Karena kita lebih tahu tentang diri kita, buka orang lain. Kita hanya bisa mengontrol apa yang ada di dalam diri, bukan yang ada di luar diri kita.
Latihan Pengendalian Diri
Bagaimana kita bisa mempraktikkan pengendalian diri, sehingga lebih tenang dan tentram batin kita? Berikut adalah tiga langkah sederhana yang dapat kita praktikkan dan konsistenkan;
1. Visualisasi Negatif