angin dingin meniup mencekam
di bulan Desember
air hujan turun deras dan kejam
hati berdebar
Sebait lagu “Desember Kelabu” yang merupakan album perdana dari Maharani Kahar ini seakan mewakili perasaan Liza. Bulan Desember minggu terakhir tahun 2022 ini udara dingin menusuk tulang. Air seakan tumpah dari langit membuat orang-orang enggan keluar rumah. Begitu juga dengan Liza. Gadis tinggi semampai dengan kulit kuning langsat itu pun hanya bermalas-malasan di rumah, hatinya galau. Sudah genap 3 tahun sejak ia diwisuda sebagai lulusan sarjana strata 1 bersama Bram hingga saat ini tak pernah bertemu. Padahal sejak sama-sama menempuh kuliah di Kota Yogyakarta mereka selalu bersama-sama.
Pernah suatu hari ketika bersama teman-temannya pergi ke Candi Borobudur untuk suatu tugas kuliah, Bram berboncengan motor dengan Liza. Keduanya jatuh terlempar ke sawah gara-gara menghindari serombongan itik yang sedang menyeberang jalan. Motor yang dinaikinya pecah kedua spionnya, injakan kakinya patah, stang berat ke kanan sehingga sulit dikendalikan.
Teman-temannya buru-buru berhenti dan menolong keduanya. Beruntung Bram tubuhnya menimpa tumpukan damen (pohon padi kering) sehingga hanya terkilir kaki kanannya. Sedangkan Liza tercebur di lumpur sawah sehingga sekujur badannya penuh lumpur, pelipisnya memar terbentur batu kali. Ia pingsan.
Sebentar kemudian orang-orang berkerumun di tempat kejadian itu. Orang-orang yang mau berangkat ke kantor berhenti. Anak-anak yang mau berangkat ke sekolah berhenti. Para petani yang sedang menggarap sawah pun menghentikan pekerjaannya. Semua penasaran. Sementara itu serombongan itik yang tadi menyeberang jalan sudah jauh dari pandangan.
“Ada apa Dik, kok ramai sekali?” Tanya beberapa orang.
“Kecelakaan Pak, sepertinya anak-anak mahasiswa.”
“Oh, bagaimana kondisinya?”