Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wardhana

TERVERIFIKASI

soulmateKAHITNA

Jurus Indonesia Memperkuat ASEAN dengan QRIS Antarnegara sebagai Identitas Bersama

Diperbarui: 19 Juni 2023   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

QRIS, inovasi besutan Bank Indonesia (dok.pribadi).

ASEAN semakin kurang relevan dengan perkembangan zaman. Terlalu elitis dan belum memenuhi kebutuhan yang dekat dengan urusan sehari-hari penduduk Asia Tenggara.

Begitulah yang terungkap dalam hasil survey The State of Southeast Asia 2023. Survey yang diselenggarakan oleh Pusat Studi ASEAN pada ISEAS-Yusof Ishak Institute tersebut memetakan pandangan tentang ASEAN dari kacamata penduduk negara-negara anggotanya. Beberapa hasil temuannya mengisyaratkan kekhawatiran terhadap ASEAN.

Sebanyak 82,6% responden memandang  ASEAN lamban, kurang efektif, dan tidak relevan lagi dalam mengikuti perkembangan dunia. Sedangkan 46,6% menilai ASEAN terlalu elitis dan menjauh dari kepentingan khalayak. Maka tidak heran jika sebanyak 60,7% responden juga menganggap ASEAN berpotensi bubar.

ASEAN Saat Ini

Temuan tersebut tentu memprihatinkan bagi ASEAN yang telah mencapai usia 56 tahun. Selama itu pula ASEAN menyatukan negara-negara Asia Tenggara dalam kawasan regional yang aman, stabil, dan terus tumbuh dari waktu ke waktu.

Bahkan, negara-negara ASEAN seperti Indonesia semakin diakui kredibilitasnya di kancah dunia. Keberhasilan Indonesia menjalankan keketuaan G-20 pada 2022 menghadirkan citra positif bagi ASEAN. Tumbuhnya perekonomian Indonesia sehingga sejajar dengan kekuatan-kekuatan ekonomi dunia juga membawa harapan bagi ASEAN.

ASEAN masih relevan? (dok.pribadi).

Walau demikian, kekhawatiran dan keprihatinan yang tercermin dalam hasil survey di atas tidak boleh diabaikan. Anggapan bahwa ASEAN kurang relevan dengan perkembangan zaman dan semakin berjarak dengan penduduknya merupakan pandangan kritis yang perlu diperhatikan.

ASEAN memang seakan-akan terjebak romantisme masa lalu. Keberhasilan menyatukan negara-negara di satu kawasan menjadikan ASEAN terlalu "state oriented" karena menonjolkan hubungan antarpemerintah. Eksistensinya berkutat pada pertemuan rutin atau konferensi para pemimpin dan menterinya. Sementara permasalahan aktual yang menyangkut nasib penduduk di kawasan ASEAN lamban teratasi. Misalnya konflik Myanmar, perlindungan pekerja migran dan perdagangan orang.

Artinya anggapan bahwa ASEAN saat ini terlalu elitis, kurang relevan, dan tidak efektif dalam mengatasi permasalahan serta memenuhi kebutuhan penduduknya sendiri bisa dipahami.

Transformasi ASEAN

Agar kembali relevan ASEAN harus mempertajam orientasinya pada masalah dan kepentingan yang bersentuhan erat dengan aktivitas sehari-hari penduduknya. Dalam hal ini ASEAN perlu bertransformasi dari perhimpunan yang sifatnya "state oriented" menjadi  "people oriented" yang lebih membumi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline