Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Sapta

TERVERIFIKASI

Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Puisi | Rembulan, Cinta, dan Rindu

Diperbarui: 3 Oktober 2019   14:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: dok. Wahyu Sapta

malam ketika rembulan menitipkan cahaya pada pusaran angin yang sedang basah oleh sisa hujan, bergegas kupunguti tetes-tetes air yang menyala karena sinarnya

adalah sebuah rahasia antara keduanya, rembulan yang bersinar terang lebih besar dari biasanya dan tetesan air hujan semata, keduanya membawa pesan: apa yang kau tahu tentang cinta?

lalu kulewati malam dengan sebuah hati yang tak utuh

aku tahu,

cinta yang mengarah kepadaku mengambil sebagian hati, lalu pergi meninggalkanku dengan sisa hati yang separuh

semua ada sebab akibat, katamu, kau yang terlebih dulu telah mencuri hatiku dan tak pernah kembali, sedang aku dengan separuh hati merana sendiri,

lalu mengapa harus membalas untuk saling mencuri hati? bukankah dengan demikian hati akan saling bertukar

aku membencinya! pada suasana saling mempertaruhkan hati masing-masing tapi tak pernah bersatu, hanya ada saling harap dan tak berani bertatap muka

ataukah ini yang dinamakan rindu?

aku lebih membenci rindu, membuatku tersiksa, sedang cinta terus mendesak, lalu mereka berbarengan menderai mentertawaiku,

oh, ternyata mereka adalah sebuah perpaduan, sedang rembulan adalah pemanis malam ini.

Semarang, 3 Oktober 2019.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline