Lihat ke Halaman Asli

Whoosh; Analisis Bantuan Internasional beserta Teori Perdagangan.

Diperbarui: 18 Maret 2025   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Berbicara tentang hubungan Internasional, bantuan dari negara maju ke negara berkembang telah menjadi salah satu instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi global dan kesejahteraan sosial. Bantuan Internasional ini dapat berbentuk bantuan finansial, teknis, kemanusiaan, hingga kerja sama dalam bidang infrastruktur dan teknologi. Salah satu alasan utama negara maju memebrikan bantuan adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di negara berkembang yang pada akhirnya menciptakan pasar baru bagi produk dan jasa mereka. Selain itu, melalui bantuan pembangunan, negara maju berupaya memeperkuat hubungan diplomatik, memperluas pengaruh geopilitik, serta menjaga stabilitas kawasan yang dia anggap vital bagi kepentingan mereka.

Dalam beberapa dekade terakhir, posisi tiongkok atau china sebagai negara maju sekaligus menjadi kekeuatan ekonomi global semakin menguat. Hubungan kerja sama antara China dan Indonesia sudah terjalin sejak lama, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun sosial-budaya. Seiring dengan perkembangan globalisasi dan geopolitik, kedua negara semakin memeperkuat hubungan bilateralnya terutama di sektor ekonomi. Indoensia sebagai negara kepulauan terbesar dengan posisi strategis di jalur perdagangan internasional memiliki peran penting dalam mendukung inisiatif regional maupun global yang diusung oleh China, salah satunya adalah Belt and Road Initiative (BRI).

Belt and road Initiative (BRI) adlaah sebuah inisiatif strategis yang diperkenalkan oleh presiden tiongkok Xi Jinping pada tahun 2013. Program ini bertujuan untuk meningkatkan konektivitas dan kerja sama ekonomi antara negara-negara Asia, Eropa, Afrika, dan sekitarnya melalui pembangunan infrastruktur besar-besaran, integrasi perdagangan, serta peningkatan hubungan investasi. BRI memeiliki dua komponen utama yakni Silk Road Economic Belt (jalur darat) dan 21st century maritime Silk Roadi (jalur laut).

Indonesia dan China memiliki hubungan perdagangan bilateral yang sangat kuat. China merupakan mitra dagang terbesar bagi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Indonesia mengekspor berbagai komoditas utama seperti batu bara, minyak kelapa sawit, karet, nikel serta produk pertanian ke China. Sementara China mengekspor bebrbagai produk manufakturnya seperti mesin, ekeltronik, baja, tekstil, dan produk teknologi lainnya. Hubungan dua negara tersebut mengindikasikan bahwa perdagangan yang mereka lakukan terus berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan barang dan jasa pada masing-masing negara.  

Indonesia sebagai salah satu mitra utama China menjadi bagian dari ekspansi ekonomi China melalui berbagai proyek kerja sama bilateral. Salah satu proyek monumental yang lahir dari kemitraan ini adalah pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau biasa di sebut dengan Whoosh (Waktu Hemat, Operasi Optimal, Sistem Handal). Kereta ini menghubungkan daerah Jakarta dan Bandung yang berjarak sekitar 150km yang bisa ditempuh dalam waktu hanya 45 menit. Pembangunan Kereta cepat Whoosh ini menjadi simbol penting dalam hubungan diplomatik dan ekonomi antara Indonesia dan China.

Dalam proses pembangunannya, Whoosh tidak menggunakan dana dari APBN secara langsung. PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang merupakan konsorium Indonesia-China mendapatkan pinjaman modal dari China Development Bank (CDB) sebesar 4,5 milliar USD atau setara dengan 75% dari total biaya proyek. Sementara sisa 25% dari total biaya proyek yakni sebesar 1,5 milliar USD dari modal konsorsium PT KCIC atas penanaman saham oleh beberapa perusahaan seperti PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), PT Kereta Api (KAI), Wijaya Karya (WIKA), Jasa Marga, dan PTPN VIII. Namun dalam proses pembangunannya terjadi pembengkakan anggaran sebesar 1,2 milliar USD dikarenakan pekerjaan molor disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Pendanaan untuk pembangunan Whoosh yang diberikan oleh China ini melalui skema bantuan internasional dalam bentuk soft loan (pinjaman lunak) dan bukan bentuk hibah (grant). Indonesia melakukan perjanjian dengan China melalui China Development Bank (CBD), dimana China memberikan pinjaman dana dengan tingkat suku bunga yang rendah, tenor pembayaran yang panjang sekitar 40 tahun, dan juga pembayaran yang fleksibel dibandingkan dengan pinjaman komersial biasa. Dengan demikian, Indonesia mendapatkan bantuan dana pembangunan yang relatif ringan, meskipun mempunyai tanggungan untuk membayarkan pinjaman tersebut dimasa mendatang.

Akan tetapi mekanisme soft loan yang diterapkan oleh China pada proyek Whoosh ini bersifat ied aid” atau bantuan yang terikat. Artinya ialah dana yang diberikan Indonesia diharuskan untuk digunakan dalam memebli barang, teknologi, atau jasa yang berasal dari china juga. Terlihat dari bagaimana komponen kereta cepat, teknologi yang digunakan, hingga tenaga kerja yang yang terlibat dalam pembangunan proyek ini berasal dari China.

Hubungan ekonomi yang dilakukan oleh Indonesia dan China dapat dilihat melalui perspektif teori ketergantungan (dependence theory). Teori ini menjelaskan bahawa adanya ketimpangan antara negara maju dan negara berkembang. Teorei ini melihat bahwa negara berkembang sering kali terikat dalam ketergantungan struktural terhadap negara maju atau kuat secara ekonomi. Meskipun Indonesia mendapatkan manfaat berupa pembangunan infrastruktur modern (Whoosh) namun Indonesia memiliki ketergantungan terhadap modal, teknologi, dan juga jasa yang berasal dari China yang berpotensi dapat melemahkan kemampuan lokal dalam jangka panjang.

Dengan demikian, pola bantuan internasional China melalui soft loan dalam pembangunan Whoosh menjadi contoh nyata bagaimana hubungan ekonomi global saat ini berjalan di tengah persaingan kepentingan nasional dan dinamika ketergantungan antar negara. Indonesia juga harus bisa memastikan bahwa kerja sama yang dilakukan ini akan menimbulkan adanya transfer teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia lokal, serta penguatan industri domestik agar tidak terus memiliki ketergantungan yang berkepanjangan pada negara lain.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline