Lihat ke Halaman Asli

ursula lintang

Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Sanggul: Bukan Sekadar Hias Kepala, namun Jadi Penentu Takhta

Diperbarui: 3 Juni 2022   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: malangpagi.com

Siapa sih yang tidak tau sanggul? Apakah kalian masih mengingat sanggul? Sanggul atau yang sering dikenal dengan istilah konde merupakan salah 

Sekilas, sanggul tampak sama dan seragam, namun ternyata sanggul dipengaruhi oleh faktor kedudukan atau latar belakang seseorang, seperti ciri suatu suku, dan ciri suatu daerah bahkan menyebabkan munculnya beragam bentuk, ukuran, hiasan, serta makna yang tentunya berbeda-beda dan memiliki ciri khas masing-masing. 

Bahkan, konon katanya terkadang sanggul dengan penataan rambut tertentu mampu menambah keanggunan seorang wanita jawa dan sebagai salah satu cara untuk menunjukkan atau mengenal identitas seseorang, atau bahkan menunjukkan tingkat kedudukan seseorang.

Namun, lama kelamaan seiring berjalannya waktu budaya bagi wanita Jawa untuk menggunakan sanggul mulai ditinggalkan. Bahkan, saat ini kebiasaan menggunakan sanggul hampir tidak terlihat lagi untuk masyarakat biasa dan hanya kerap digunakan oleh para bangsawan yang dicontohkan oleh istri Sri Sultan Hamengkubuwono. 

Sama halnya dengan kebaya, penggunaan sanggul yang kerap dipasangkan dengan penggunaan kebaya sudah tidak digunakan lagi oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Zaman sekarang ini, penggunaan sanggul hanya digunakan pada waktu-waktu tertentu saja, seperti acara peringatan hari kartini, upacara adat, adat ketika peristiwa perkawinan, dan acara-acara besar lainnya. 

Tidak hanya digunakan ketika hari besar tertentu saja, sanggul atau yang sering dikenal dengan istilah konde ini sudah lebih praktis dalam bentuk maupun penggunaan serta ukuran yang tidak sebesar sanggul zaman dulu.

Penjelasan diatas sama halnya dengan penjelasan yang dilontarkan oleh seorang ahli bernama Boerdieu mengenai konsep habitus, ranah, modal serta praktik. 

Beliau mengatakan bahwa system dosposisi yang dalam penjelasan ini diibaratkan dengan sanggul bertahan lama, berubah-ubah yang dicerminkan pada bentuk sanggul yang berubah-ubah hingga sekarang dan mengalami modifikasi namun tetap berdasarkan penerusan atau konsep bentuk yang turun temurun sejak nenek moyang kita dan dimodifikasi hingga saat ini dengan tujuan-tujuan tertentu seperti untuk menambah keanggunan seorang wanita jawa dan sebagai salah satu cara untuk menunjukkan atau mengenal identitas seseorang seperti latar belakang suku maupun daerah, atau bahkan menunjukkan tingkat kedudukan seseorang. 

Saat ini, penggunaan sanggul hanya digunakan seakan hanya sebagai syarat dalam merayakan hari besar, seperti merayakan hari kartini atau pernikahan dengan adat Jawa.  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline