[Ayuwulandari Rahim]
Kehamilan di usia muda memiliki efek negatif pada kesehatan fisik dan mental sang ibu, serta pada kesehatan dan pertumbuhan bayi. Di daerah pedesaan, masalah ini semakin rumit karena adanya faktor strukural seperti kemiskinan, norma budaya, dan rendahnya akses terhadap layanan kesehatan. Langkah-langkah pencegahan perlu mencakup pendidikan seks yang menyeluruh, peningkata layanan kesehatan reproduksi untuk remaja, dan advokasi kebijakann guna mencegah pernikahan anak usia dini.
Kata kunci: Kehamilan remaja, kesehatan ibu, kesehatan bayi, perdesaan, edukasi reproduksi
Kehamilan pada usia remaja (10-19 tahun) masih menjadi perhatian serius di Indonesia, terutama di wilayah pedesaan yang sulit menjangkau pendidikan serta fasilitas kesehatan. Data dari Badann Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2020) menunjukkan bahwa lebih dari 10% perempuan Indonesia yang berusia di bawah 20 tahun pernah hamil, dan angkahnya lebih tinggi di desa daripada di kota.
Di daerah-daerah pelosok seperti Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, dan Jawa Barat, angka kehamilan di kalangan remaja terbilang cukup memprihatinkan. Kurangnya pemahaman mengenai kesehatan reproduksi dan praktik budaya yang mendukung perkawinan usia muda memperparah situasi ini (Kemenkes RI, 2022). Kehamilan di usia yang sangat muda ini tidak hanya merugikan si remaja itu sendiri, tetapi juga membawa dampak negatif bagi bayi yang dilahirkannya, serta turut andil dalam melanggengkan lingkaran kemiskinan antar generasi ke generasi berikutnya.
Data dikumpulkan dari berbagai sumber,termasuk dokumen resmi pemeritah (BKKBN, Kemenkes), terbitan WHO, dan juga artikel riset yang dipublikasikan dari tahun 2018 sampai 2024. Kriteria pemilihan data meliputi publikasi yang membahas dampak medis serta sosial yang muncul akibat kehamilan remaja di wilayah perdesaan. Analisis dilakukan memakai metode tematik guna mengidentifikasi pola dampak serta faktor-faktor yang memicunya.
1.Dampak terhadap Kesehatan Ibu
Kehamilan di usia muda meningkatkan risiko timbulnya berbagai komplikasi, misalnya preeklamsia, kurang darah (anemia), infeksi pada saluran kemih, hingga kendala saat persalinan. Menurut riset WHO pada tahun 2024, perempuan berumur 15-19 tahun memiliki kemungkinan meninggal dunia saat hamil dua kali lipat lebih tinggi dari wanita dewasa. Hal ini dikarenakan kondisi fisik yang belum matang serta kurangnya akses terhadap pemeriksaan kehamilan rutin (Kemenkes RI, 2022).
2.Dampak terhadap kesehatan Bayi
Bayi yang dilahirkan dari ibu yang masih muda menghadapi risiko yang signifikan, seperti berat badan lahir yang kurang, kelahiran premature, dan juga masalah tumbuh kembang di masa-masa awal kehidupanya. Menurut data BKKBN tahun 2020 sekitar 22% bayi yang dilahirkan oleh ibu remaja di daerah pedesaan Jawa Barat tercatat memiliki berat badan di bawah 2.500 gram.