Tujuan seseorang untuk memiliki sebuah prestasi
Oleh : Try Gunawan Zebua
Gunungsitoli, Jumat, 28 Maret 2025
Prestasi adalah suatu kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Baik di tingkat pendidikan dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Biasanya untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah, orang yang berprestasi berdiri di depan semua orang saat berbaris di lapangan. Khususnya juara 1 - 3 di kelas, maupun juara umum 1 - 3 di satu angkatan dari sekian banyak kelas pada tingkatan mereka masing-masing. Begitu juga yang masuk 10 besar, di umumkan oleh guru di kelas. Apalagi sampai ada guru yang menentukan tempat duduk berdasarkan peringkat yang dia miliki pada saat itu. Mulai dari yang juara 1 - 10 ke belakang dan sampai yang memiliki prestasi paling bawah berada di barisan paling depan.
Sedangkan untuk pendidikan tinggi, jika termasuk mahasiswa yang memiliki IPK tertinggi di prodi, maka ada kesempatan berdiri dan berfoto langsung dengan rektor di kampus mereka. Sedangkan yang IPK di bawahnya, hanya dapat menyaksikan saja. Hal tersebut yang membuat seolah - olah seseorang yang berprestasi itu atau yang memiliki prestasi itu hanya yang masuk ke dalam urutan 10 besar dan juara umum (pendidikan dasar dan menengah), serta IPK tertinggi (pendidikan tinggi). Di luar dari mereka dianggap seolah-olah tidak memiliki prestasi sama sekali. Apalagi jika urutan ke 5 dari bawah, pasti di tertawakan, dianggap remeh, apalagi di marahi dan di nasihati oleh orangtua, maupun guru di sekolah.
Padahal sebenarnya prestasi itu bukan masalah dia berada pada urutan tertinggi atau terendah. Tetapi prestasi itu berbicara tentang capaian dari seseorang siswa atau mahasiswa itu sendiri dalam bentuk angka-angka. Sehingga kecil atau besarnya capaian seseorang tersebut, maka dia tetap memiliki prestasi. Itu adalah hasil capaian yang dia peroleh, dimana itu juga berarti adalah prestasi orang tersebut. Sehingga, jangan mengatakan jika ada siswa maupun mahasiswa, di luar peringkat 10 besar dan IPK tertinggi tidak memiliki prestasi, apalagi sampai di bilang bodoh. Itu salah besar karena pada dasarnya tidak ada manusia yang bodoh di dunia ini
Yang ada adalah orang yang tidak menemukan guru yang tepat, dengan metode yang tepat. Sebagaimana salah satu metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Prof. Yohanes Surya salah satu Fisikawan Indonesia, yaitu: metode gasing (gampang, asyik dan menyenangkan). Sehingga suatu pembelajaran berhasil jika guru yang mengajar bagus, dimana membuat pembelajaran menjadi gampang, asyik dan menyenangkan. Itulah yang dapat membuat prestasi orang yang dianggap bodoh, tapi bagi saya masih rendah, dapat mengalami peningkatan seperti yang telah diterapkan langsung oleh Fisikawan Indonesia tersebut. Dimana Fisikawan Indonesia tersebut berhasil menghantarkan siswa-siswi Indonesia dapat menjuarai ajang kompetisi Internasional. Biarpun siswa-siswi tersebut sebelumnya adalah orang yang paling bodoh di tanah Papua. Pada saat Prof. Yohanes Surya mengumpulkan dan mengajari orang yang paling bodoh di Papua.
Lantas, apa tujuan seseorang untuk memiliki sebuah prestasi itu?
Memiliki sebuah prestasi disini dalam artian prestasi yang terbaik, bukan yang masih rendah. Prestasi yang terbaik dalam artian masuk dalam urutan 10 teratas di tingkat pendidikan dasar dan menengah, serta menjadi peraih IPK tertinggi untuk tingkat pendidikan tinggi.
Jadi, alasan seseorang memiliki prestasi (terbaik), yaitu:
1. Mendapatkan bantuan pendidikan (beasiswa).