Alam bawah sadar Fahri membenarkan apa yang dipikirkan anak ini benar, dirinya memang ada sesuatu danmemikirkan sesuatu. Nindi memang dewasa sebelum waktunya.
"Ah Nindita...." Ucapnya dalam hati sembari tersenyum mengamini apa yang baru diomongkan Nindi
Belum sempat Nindi mengorek keterangan lebih lanjut bel tanda masuk kelas berbunyi.
"Hemmm...apes deh saya...belum sempat menginterogasi dah bel...sukses ya Pak...semoga Pak Fahri berada pada zona aman dengan kegalauan Bapak dan kalau Pak Fahri mau bercerita saya bisa menjaga rahasia kok...hehehe....Wassalamu'alaikum ya Pak..." ucap Nindi ngluyur sembari melambaikan tangan masuk kelas. Sebenarnya dia ingin masih berlama-lama di kantin bersama Pak Fahri, namun waktu istirahat sudah habis dengan terpaksa dia kembali ke kelas dengan berat hati.
Fahri merasakan ada sesuatu yang menarik hatinya, dari setiap perkataan Nindi, dari gerak geriknya, dari cara ia berkata, dialah sang ketua osis itu. Perasaan yang ia rasakan beda tak sekedar sebagai guru dan anak didiknya.
"Hemm...Rizki Nindita... anak kelas 12 IPA...kamu pintar mengolah kata-kata dan hatimu , beruntung orang-orang di sekitarmu..." Batin Fahri dalam hati, gurauan siswanya itu bisa membuat hatinya sedikit terhibur, senyum tipisnya yang selalu mengembang dan cara mengungkapkan kata-katanya juga pintar, komunikasinya juga terkesan wajar dan ingin selalu menyenangkan orang lain, apalagi pembawaannya yang kalem menambah nilai plus dalam diri laki-laki yang masih terduduk dengan kegalauannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI