Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat dan Praktisi

Memahami Aksi Tebar Pesona

Diperbarui: 13 Agustus 2021   10:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Supartono JW


Di saat virus corona masih bertebaran (tebar), terus berpandemi di seluruh wilayah Indonesia, virus tebar pesona (daya tarik, daya pikat) pun kini semakin masif ikut bertebaran untuk memikat dan menarik daya agar yang terkena virus tebar pesona menjadi tertarik dan terpikat kepada siapa yang tebar pesona.

Virus tebar pesona di Indonesia ini pun terjadi di semua ranah kehidupan dan menyasar kepada siapa saja yang dituju dengan berbagai motif (alasan) meyakinkan orang lain demi mendapatkan apa yang mereka inginkan meski pun dengan cara manipulatif, yaitu sebuah proses rekayasa yang secara disengaja dengan melakukan penambahan, pensembunyian, penghilangan atau pengkaburan terhadap bagian atau keseluruhan sebuah sumber informasi.

Alat dan sebaran tebar pesona

Cara-cara manipulatif tebar pesona pun sangat bervariasi. Selain menggunakan dirinya sendiri sebagai model dan alat untuk tebar pesona seperti foto dirinya sendiri yang ditebar di berbagai media massa maupun media sosial, si virus tebar pesona juga memanipulatif situasi dan kondisi yang dijadikan pendukung untuk tebar pesona seperti sepak terjang pekerjaan, kegiatan, hingga hobi dan lain sebagainya.

Tidak berhenti di situ saja, si tebar pesona juga akan menghalalkan segala  cara demi mendapatkan keinginannya dengan mencantumkan identitas-identitas kelompok, golongan dan lain sebagainya untuk memperkuat daya tarik dan daya pikatnya.

Kini, dengan dirinya sendiri sebagai alat, atau menggunakan alat lain demi memperoleh apa yang diinginkannya, ditambah motif dan cara manipulatifnya, maka di saat pandemi corona ini, Indonesia juga diserang virus tebar pesona.

Di media massa banyak kita temui artikel-artikel yang ilustrasi gambar atau fotonya mengarah pada identifikasi yang tergolong tebar pesona. Di media sosial (medsos) juga banyak konten-konten dalam berbagai bentuk (tulisan, gambar, foto, video, film dll) yang jelas-jelas hanya untuk tebar pesona.

Terlebih, akibat medsos, kini juga muncul selebgram baru yang tahu-tahu disebut artis selebgram, yang dalam pencapaiannya juga menggunakan motif dan manipulatif yang tak jauh berbeda melalui konten maupun sikap dan tingkahnya.

Ini melengkapi deretan si tebar pesona dari artis-artis yang sudah ngetop lebih dahulu dan menjaga kredibiltas keakuannya di dunia artis juga dengan melakukan tebar pesona dengan berbagai motif dan sikap manipulasi. Sampai-sampai seperti turun dari langit saja, ada artis yang tak malu menjuluki dirinya sebagai sultan. Luar biasa.

Dari dunia ini pun lahir berbagai macam gaya tebar pesona. Pamer kecantikan, pamer body, pamer mobil, pamer kemewahan, hingga gaya hidup hedonis dan sejenisnya.

Lalu, di lingkungan sosial (jalan, gang, terminal, rumah penduduk dll), juga ada pejabat dan pemimpin negeri yang sampai turun gunung menabrak segala macam, membagikan bantuan sosial (bansos) sendiri. Seperti dirinya tak punya bawahan, hingga menimbulkan kerumunan yang melanggar protokol kesehatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline