Lihat ke Halaman Asli

Tutupi Pelat Nomor Pakai Lakban, Bukan Mau Nakal, tapi... Takut Salah Tilang!

Diperbarui: 11 Oktober 2025   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fenomena Pengendara Tutupi Pelat Nomor, dari Kertas hingga Lakban (KOMPAS.com/Lidia Pratama Febrian)

Kamu merasa sudah hati-hati di jalan, tapi tetap saja was-was begitu melihat kamera tilang elektronik (ETLE) di atas lampu lalu lintas?

Nah, ternyata rasa was-was itu bukan cuma kamu yang rasakan. Di Jakarta Pusat, beberapa pengendara kini punya cara unik buat "mengantisipasi" hal itu ,  menutupi sebagian pelat nomor kendaraan mereka dengan lakban hitam.

Sekilas, memang terdengar seperti aksi nakal. Tapi tunggu dulu, ternyata alasan di baliknya lebih rumit daripada sekadar mau kabur dari polisi.

Pengendara tutupi pelat nomor pakai lakban bukan untuk nakal, tapi takut salah tilang ETLE di tengah minimnya kepercayaan pada sistem hukum digital. - Tiyarman Gulo

Ketakutan di Era ETLE

Rahman, 41 tahun, seorang pengemudi ojek daring, jadi salah satu contoh paling nyata.

Ia menutupi angka pertama di pelat motornya pakai lakban hitam. Bukan karena mau sembunyi dari hukum, katanya, tapi karena takut dapat surat tilang yang salah sasaran.

"Bukan niat nakal, cuma takut aja kalau tiba-tiba ada surat tilang datang. Saya tutup sebagian aja, nanti malam dibuka lagi," ujarnya ketika ditemui di kawasan Cikini.

Rahman punya alasan kuat. Ia mendengar cerita teman sesama ojek online yang tiba-tiba dapat surat tilang padahal tidak melanggar. Posisi motornya waktu itu hanya berhenti sebentar, tapi di sistem kamera, terbaca melanggar marka jalan.

Cerita seperti ini menyebar cepat di kalangan pengendara. Dan kalau sudah menyangkut urusan tilang, apalagi elektronik, banyak orang langsung memilih jalan aman, "daripada repot".

Antara Takut dan Tidak Percaya

Di satu sisi, teknologi ETLE hadir untuk membuat penegakan hukum lebih adil. Tidak ada lagi tilang "by feeling" atau "main damai". Semua berdasarkan bukti visual.

Tapi di sisi lain, muncul rasa was-was baru, bagaimana kalau sistemnya salah?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline