Lihat ke Halaman Asli

Tangis di Balik Demonstrasi, Rheza Sendy Pratama, Mahasiswa Amikom Yogyakarta

Diperbarui: 1 September 2025   15:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangis di Balik Demonstrasi, Rheza Sendy Pratama, Mahasiswa Amikom Yogyakarta | foto: tribun

Pagi yang biasanya tenang di rumah keluarga kecil di Mlati, Sleman, tiba-tiba berubah menjadi kabar duka yang tak pernah dibayangkan. Yoyon Surono, seorang ayah sederhana, menerima kedatangan seorang tetangga yang membawa selembar KTP milik anaknya. Dengan wajah cemas, sang tetangga berkata lirih, 

"Pak, ini KTP anak panjenengan. Katanya ada di rumah sakit."

Detik itu juga, hati Yoyon seperti diremas. Tangannya gemetar, pikirannya kalut. Ia tak tahu apa yang menimpa putra sulungnya, Rheza Sendy Pratama, mahasiswa semester V Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta. Yang ia tahu, anaknya sedang ikut aksi demonstrasi bersama mahasiswa lainnya.

Namun, sesampainya di rumah sakit, kenyataan pahit menampar tanpa ampun. Rheza sudah terbujur kaku. Tubuhnya dingin, wajahnya pucat, dan harapan yang dulu ia sematkan pada putranya pupus seketika. Air mata pun pecah. Yoyon tak sanggup berkata-kata.

Kisah pilu gugurnya Rheza, mahasiswa Amikom, dalam aksi demo Jogja. Keluarga berduka, kampus menuntut keadilan, dan harapan damai disuarakan. - Tiyarman Gulo

Kronologi yang Membekas di Ingatan

Tanggal 31 Agustus 2025 akan selalu diingat sebagai hari yang merenggut nyawa seorang anak muda penuh semangat. Rheza dikabarkan meninggal usai mengikuti aksi di depan Mapolda DIY.

Sehari sebelumnya, ia sempat pamit dengan sederhana, tak ada firasat buruk yang menyertai. Bagi banyak mahasiswa, turun ke jalan adalah bentuk kepedulian. Mereka ingin menyampaikan suara, mengkritisi kebijakan, dan mengingatkan penguasa bahwa ada rakyat yang sedang menanggung beban.

Namun, jalan yang seharusnya menjadi ruang ekspresi, berubah jadi jalur terakhir bagi langkah Rheza.

Luka Misterius yang Membuat Keluarga Bingung

Ketika jenazah dibawa pulang, keluarga semakin dibuat bingung. Hanya dua orang dari Dinas Kesehatan Polda yang mengantarkan, tanpa ada penjelasan rinci soal penyebab kematian. Barang-barang pribadi Rheza, dompet, motor, KTP, tak ikut kembali.

Lebih mengejutkan lagi, saat jenazah dimandikan, keluarga menemukan luka-luka yang tak wajar. Ada bekas pukulan di kepala, wajah penuh memar, rambut berantakan dengan darah kering yang menempel, bahkan jejak sepatu di perut.

"Kepalanya bocor, muka penuh darah, rambut berantakan. Ada bekas sabetan tongkat juga," tutur Yoyon dengan suara bergetar. 

Ia juga menyebut bagian leher belakang atau punuk anaknya patah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline