Lihat ke Halaman Asli

Umi Fadilah

Social Media Spesialist

Mengapa Pemantauan Tinggi Muka Air Tanah di Lahan Gambut Penting untuk Mencegah Kebakaran Lahan

Diperbarui: 23 September 2025   10:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanah gambut di Kalimantan Timur. Sumber: mertani.co.id

Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang sangat penting bagi keberlanjutan lingkungan hidup. Indonesia sendiri memiliki lahan gambut yang sangat luas, tersebar di Sumatera, Kalimantan, hingga Papua. Ekosistem ini tidak hanya menyimpan cadangan karbon dalam jumlah besar, tetapi juga memiliki peran penting dalam menjaga keanekaragaman hayati serta siklus hidrologi. Namun, di balik fungsi vital tersebut, lahan gambut juga rentan mengalami degradasi dan kebakaran, terutama ketika kondisi permukaan air tanah (groundwater level) menurun drastis. Oleh karena itu, pemantauan tinggi muka air tanah di lahan gambut menjadi salah satu langkah krusial untuk mencegah terjadinya kebakaran besar yang kerap melanda wilayah Indonesia.

Karakteristik Lahan Gambut yang Rentan Terbakar

Lahan gambut terbentuk dari akumulasi material organik yang terendam air dalam jangka waktu sangat lama. Karena kondisi ini, gambut memiliki sifat menyimpan air dalam jumlah besar. Namun, ketika air surut dan lahan mengering, gambut menjadi mudah terbakar. Tidak seperti tanah mineral biasa, kebakaran di lahan gambut bisa berlangsung hingga ke lapisan bawah permukaan, menjadikannya sulit dipadamkan dan bisa menyala kembali meski sudah berhari-hari atau berminggu-minggu.

Saat musim kemarau panjang, permukaan air tanah di lahan gambut bisa turun hingga lebih dari 1 meter di bawah permukaan. Kondisi ini sangat berbahaya karena gambut kering menjadi bahan bakar alami yang sangat mudah tersulut. Inilah mengapa kebakaran di lahan gambut cenderung meluas dan menimbulkan bencana besar, baik dari sisi lingkungan, kesehatan masyarakat, maupun ekonomi.

Hubungan Tinggi Muka Air Tanah dan Kebakaran Gambut

Tinggi muka air tanah (water table) merupakan indikator utama kelembapan lahan gambut. Jika air tanah berada di posisi dangkal (misalnya kurang dari 40 cm dari permukaan), lapisan gambut tetap lembap dan risiko kebakaran relatif rendah. Sebaliknya, jika air tanah turun terlalu dalam, oksigen akan masuk ke lapisan gambut dan mempercepat proses pengeringan serta dekomposisi. Gambut yang kering inilah yang sangat rawan terbakar.

Dengan memantau tinggi muka air tanah secara rutin, pihak pengelola lahan, pemerintah, maupun masyarakat dapat mengetahui kondisi aktual kelembapan gambut. Data ini menjadi dasar pengambilan keputusan, seperti kapan harus melakukan pembasahan (rewetting), menutup kanal untuk menjaga kelembapan, atau meningkatkan kewaspadaan pada periode tertentu.

Dampak Kebakaran Gambut yang Mengkhawatirkan

Kebakaran di lahan gambut bukan sekadar fenomena lokal, tetapi membawa dampak luas dan lintas batas. Asap tebal hasil pembakaran gambut mengandung partikel berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan pernapasan jutaan orang. Peristiwa kebakaran hebat pada 2015, misalnya, menyebabkan kerugian hingga ratusan triliun rupiah dan menjadi sorotan dunia internasional.

Selain itu, kebakaran gambut juga berkontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca. Ketika gambut terbakar, karbon yang tersimpan selama ribuan tahun dilepaskan ke atmosfer hanya dalam hitungan hari atau minggu. Hal ini memperparah krisis iklim global. Oleh sebab itu, mencegah kebakaran gambut melalui pengelolaan muka air tanah bukan hanya penting bagi Indonesia, tetapi juga bagi dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline