Tidur seharusnya menjadi momen paling damai dalam satu hari. Tapi bagi banyak pengangguran, malam justru berubah jadi waktu yang paling menyesakkan.
Bukan karena suara bising atau kasur yang tak nyaman, tapi karena pikiran yang terus berisik.
Tentang lamaran kerja yang belum dibalas. Tentang pertanyaan dari orang tua. Tentang masa depan yang rasanya makin kabur.
Di siang hari, semuanya bisa dialihkan dengan aktivitas.
Meskipun sekadar scroll media sosial atau bantu-bantu di rumah. Tapi ketika malam datang dan kesunyian menyeruak, tak ada tempat untuk bersembunyi dari pikiran sendiri. Mata boleh merem, tapi isi kepala justru makin melek.
Kecemasan Diam-Diam yang Bikin Lelah
Banyak yang tidak sadar bahwa pengangguran bisa memicu stres jangka panjang. Bukan hanya karena tidak ada penghasilan, tetapi karena rasa tidak pasti yang terus menghantui.
Tidur malam jadi tidak nyenyak, bukan karena tubuh lelah, tetapi karena pikiran terlalu aktif.
Ada perasaan bersalah, gagal, dan tidak produktif yang terus menyelinap, bahkan ketika sudah berusaha sebaik mungkin.
Bagi sebagian orang, insomnia bukan hal baru. Namun saat tidak bekerja, efeknya jadi terasa lebih dalam.
Ketika pagi datang, tidak ada aktivitas yang ditunggu. Alarm tidak dibutuhkan. Agenda kosong. Waktu berjalan pelan, dan otak pun kembali dipenuhi pikiran negatif tentang hidup yang rasanya jalan di tempat.