Mohon tunggu...
Hazimahtul Husni
Hazimahtul Husni Mohon Tunggu... Mahasiswa S1 Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

saya adalah orang yang memiliki MBTI isfj

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Randai di Ujung Senja

18 September 2025   02:06 Diperbarui: 18 September 2025   02:06 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Randai adalah seni pertunjukan tradisional dari Minangkabau, Sumatera Barat, yang menggabungkan berbagai elemen seni. Pertunjukan ini unik karena para pemainnya membentuk lingkaran sambil bergerak dan menari, diselingi dengan adegan drama dan pencak silat. Melalui nyanyian dan dialog, Randai menceritakan berbagai kisah rakyat atau legenda yang mengandung pesan moral. Secara esensial, Randai adalah bentuk teater komprehensif yang menampilkan kekayaan budaya Minang dalam satu pertunjukan.

  Meskipun Randai memiliki makna budaya dan historis yang mendalam, kesenian ini kini menghadapi tantangan besar. Keberadaannya terancam oleh kemerosotan minat, terutama dari generasi muda, yang lebih terpapar pada arus globalisasi yang membawa pengaruh budaya asing dan gaya hidup modern, sehingga generasi muda lebih tertarik pada hiburan digital daripada kesenian tradisional seperti Randai. Tantangan lain meliputi minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian budaya, serta anggapan Randai sebagai seni yang ketinggalan zaman. Minimnya dukungan finansial dan regenerasi membuat Randai kesulitan beradaptasi dan mempertahankan eksistensinya di era kontemporer.

  Di tengah derasnya arus globalisasi dan budaya populer yang mendominasi, jika tidak ada upaya nyata yang terencana dan mendalam, Randai hanya akan berakhir sebagai artefak sejarah, bukan lagi seni yang hidup dan berdenyut di tengah masyarakat. faktor-faktor penyebab kemunduran Randai tersebut seperti pergeseran minat generasi muda terhadap Randai tergerus secara signifikan oleh serbuan budaya populer global.

 Platform digital seperti media sosial, serta industri film dan musik modern, menawarkan pengalaman hiburan yang jauh lebih masif dan beragam. Fenomena ini menciptakan pergeseran prioritas di kalangan kaum muda. Selain itu kurangnya dukungan finansial keterbatasan finansial menjadi kendala utama bagi grup Randai untuk terus eksis dan berkembang. Sedikitnya dukungan dana, baik dari pemerintah maupun pihak swasta, membuat kelompok seni ini kesulitan untuk mengelola operasional sehari-hari dan melakukan inovasi. Akibatnya, mereka sulit mempertahankan keberlangsungan kegiatan seni mereka.

Disisi lain dukungan pemerintah yang tidak berkelanjutan,yang mana pemerintah seharusnya melindungi dan melestarikan kesenian daerah tidak berjalan secara konsisten, melainkan hanya sesekali. Dampaknya, bantuan tersebut tidak memberikan efek yang berkelanjutan atau jangka panjang. Minimnya inovasi tarian Randai sulit bersaing dengan kesenian lain karena kurangnya inovasi. Bentuk penyajiannya yang cenderung monoton dan tidak mengikuti perkembangan zaman membuat Randai kurang diminati, terutama oleh generasi muda yang lebih menyukai hal-hal baru dan dinamis.

 Kesulitan Randai untuk bertahan juga disebabkan oleh kurangnya regenerasi. Hal ini membuat Randai kehilangan penampil, pelatih, dan pengarah yang berbakat. Sedikitnya minat generasi muda untuk mempelajari Randai berakibat pada menipisnya jumlah orang yang bisa mementaskan, mengajar, atau menyutradarai pertunjukan Randai. Akibatnya, keberlangsungan kesenian ini menjadi terancam karena tidak ada penerus yang mumpuni. Selain itu Masalah Dokumentasi dan Pelestarian permasalahan utama dalam melestarikan kesenian Randai adalah karena pengetahuan dan tekniknya diwariskan secara lisan. Metode pewarisan seperti ini, yang hanya mengandalkan ingatan dan penyampaian dari mulut ke mulut, membuat warisan budaya ini sangat rentan hilang seiring waktu.

 Contoh nyata sanggar Bintang Randai, Payakumbuh. Sanggar Bintang Randai didirikan oleh para seniman senior yang sangat mencintai tradisi. Mereka berpegang teguh pada metode lama dalam melatih dan mewariskan Randai. Menurut mereka, Randai harus dipelajari secara langsung dari guru ke murid, tatap muka, dan tidak boleh direkam atau didokumentasikan dalam bentuk video. Mereka percaya, sentuhan langsung guru dan proses latihan yang panjang adalah bagian dari sakralnya kesenian ini. Lambat laun, cara ini menimbulkan masalah besar. Generasi muda yang tertarik belajar Randai mulai berkurang. Mereka lebih tertarik dengan kesenian lain yang lebih modern atau yang punya materi ajar digital. Akibatnya, Sanggar Bintang Randai kesulitan menarik anggota baru.

 Masalah semakin parah ketika para pendiri dan guru-guru senior mulai menua dan mulai sakit-sakitan. Pengetahuan yang mereka miliki hanya ada di dalam ingatan mereka. Karena tidak ada dokumentasi tertulis atau digital, tidak ada yang bisa mempelajari secara utuh jika para maestro tersebut sudah tidak bisa mengajar lagi. Sanggar ini pun menjadi sepi dan jarang sekali tampil di depan umum.Sanggar Bintang Randai akhirnya mengalami kemunduran signifikan. Tanpa adanya regenerasi dan dokumentasi yang memadai, mereka tidak bisa lagi melakukan pertunjukan besar.

 Agar Randai tetap relevan dan menarik bagi generasi sekarang, penting untuk melakukan inovasi pada cerita dan cara penyajiannya. Kita bisa mengadopsi beberapa strategi yang sudah terbukti berhasil pada kesenian tradisional lain. Dengan cara ini, Randai tidak hanya menjadi tontonan yang kaya akan budaya, tetapi juga pertunjukan yang secara visual dan audio terasa lebih segar dan memikat. Selain itu Kolaborasi Lintas-Disiplin untuk Randai membuat Randai lebih menarik dan relevan di era modern, salah satu strategi paling efektif adalah dengan menggabungkan keahlian para seniman Randai dengan seniman dari bidang lain yang lebih modern. Kolaborasi ini bisa menciptakan pertunjukan yang unik dan tak terduga.Dengan melakukan kolaborasi lintas-disiplin, Randai tidak hanya akan bertahan sebagai warisan budaya, tetapi juga bisa berkembang menjadi bentuk seni yang dinamis, menarik, dan relevan di tengah persaingan hiburan modern.

 Integrasi dalam Kurikulum Sekolah salah satu cara efektif untuk melestarikan Randai adalah dengan memasukkannya ke dalam kurikulum sekolah, terutama di wilayah Sumatera Barat. Langkah ini akan memastikan bahwa pengetahuan tentang Randai diteruskan secara terstruktur kepada generasi muda.Selain itu cara menjaga agar Randai tetap di kenal generasi muda di tengah era Globalisasi ini dengan Mendokumentasikan secara digital, ini artinya merekam setiap aspek Randai mulai dari gerakan tari, dialog, musik, hingga kostum menggunakan media modern seperti video, audio, dan foto lalu mempromosikan di Media Sosial,membuat Randai lebih dikenal dan menarik bagi generasi muda.

  Tantangan yang dihadapi Randai adalah masalah yang sangat kompleks. Kesenian ini tidak hanya terancam punah karena satu alasan, melainkan karena banyak faktor yang saling berkaitan. Solusinya pun tidak bisa hanya mengandalkan satu cara saja. Kita perlu pendekatan yang menyeluruh, mulai dari mendokumentasikan Randai secara digital, mengintegrasikannya ke dalam pendidikan, hingga mempromosikannya di media sosial.Randai lebih dari sekadar tarian atau drama, Randai adalah cerminan identitas dan jiwa budaya Minangkabau. Jika Randai hilang, maka sebagian dari jati diri kita juga ikut hilang. Oleh karena itu, kita semua, terutama pemerintah dan para pemuda, harus bergerak sekarang. Jangan biarkan warisan budaya yang tak ternilai ini "berakhir di ujung senja" dan hanya menjadi kenangan. Mari ambil peran kita masing-masing untuk menjaga agar Randai tetap hidup dan terus bersinar di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun