Lihat ke Halaman Asli

Salah Sasaran Sosialisasi dan Edukasi Pencegahan HIV/AIDS di Kabupaten Lebak

Diperbarui: 21 April 2025   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber: kilyos.com.br)

" Menurut dia (Pelaksana Harian Kepala Dinkes Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, dr Budi Mulyanto-Pen.), peserta kegiatan sosialisasi dan edukasi pencegahan HIV/AIDS tersebut merupakan kelompok rentan, yakni remaja (pelajar), wanita usia produktif, dan ibu hamil. "

Pernyataan di atas ada dalam berita Dinkes Lebak optimalkan sosialisasi cegah penularan HIV/AIDS (antaranews.com, 19 April 2025).

Menyebut remaja (pelajar), wanita usia produktif, dan ibu hamil sebagai kelompok rentan tertular HIV/AIDS merupakan pernyataan yang ngawur, karena:

Pertama, yang banyak melakukan perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS bukan remaja, wanita usia produktif dan ibu hamil.

Pelaku seks tidak aman justru laki-laki beristri (baca: suami), buktinya:

(1) Studi Kemenkes mencatat hingga akhir tahun 2012 ada 6,7 juta pria Indonesia yang menjadi pelanggan PSK, sehingga pria menjadi kelompok yang paling berisiko tinggi untuk menyebarkan HIV/AIDS (bali.antaranews.com, 9/4/2013). Yang bikin miris 4,9 juta di antara 6,7 juta pria itu mempunyai istri. Itu artinya ada 4,9 juta istri yang berisiko tertular HIV/AIDS dari suaminya.

(2) "Laporan Tahunan dan Triwulan HIVPIMS 2024" menunjukkan pada semester I Januari-Juni tahun 2024 terdeteksi:

  • 1.543 ibu hamil positif HIV
  • 2.154 ibu hamil positif sifilis

Ribuan ibu hamil itu tertular HIV/AIDS atau sifilis atau keduanya sekaligus dari suami mereka bukan karena perilaku seksual mereka yang berisiko. Ini fakta!

Kedua, remaja atau pelajar berisiko tertular HIV/AIDS melalui hubungan seksual karena mereka tidak pernah memperoleh atau menerima komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) dengan materi HIV/AIDS yang akurat dengan pijakan fakta medis. Informasi HIV/AIDS dalam KIE selalu dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga fakta medis HIV/AIDS hilang atau lenyap sementara yang sampai ke remaja hanya mitos (anggapan yang salah) tentang cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS.

Baca juga: "ABAT" (Aku Bangga Aku Tahu) Tidak Memberikan Cara Pencegahan HIV/AIDS yang Eksplisit (Kompasiana, 4 Juli 2013)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline