Kamis, 27 Februari 2025
Pagi ini dimulai seperti biasa. Saya berangkat ke kampus lebih awal dan sebelum memulai aktivitas, saya mampir ke sebuah warung kaki lima (PK5) di belakang kampus untuk menikmati sarapan. Pilihan saya jatuh pada lontong sayur, salah satu favorit saya setiap kali mampir ke sana. Warung ini sudah cukup sering saya kunjungi, dan saya senang melihat bahwa pedagang kecil pun kini mulai menggunakan QRIS sebagai metode pembayaran. Kemajuan teknologi benar-benar semakin merata, bahkan di warung sederhana seperti ini.
Seusai menikmati sarapan, saya bersiap melakukan pembayaran. Saya membuka aplikasi BTN Mobile di ponsel, lalu memindai QR Code yang tersedia di meja. Setelah memastikan nama warung sudah benar, saya dengan tenang melanjutkan proses pembayaran. Beberapa ketukan di layar, memasukkan PIN, dan akhirnya notifikasi muncul di layar: "Pembayaran Berhasil." Dengan percaya diri, saya mengangguk ke arah penjual dan berkata, "Sudah ya, Mas." Tanpa berpikir panjang, saya beranjak pergi, siap menjalani hari.
Dua jam kemudian, sekitar pukul 09.00, saya membuka aplikasi mobile banking BTN untuk memeriksa transaksi. Sejujurnya, saya hanya iseng ingin memastikan saldo dan melihat apakah transaksi sudah tercatat. Namun, yang saya temukan membuat saya terkejut---saldo saya masih utuh. Tidak ada transaksi pemotongan sebesar Rp15.000 seperti yang seharusnya terjadi saat saya membayar sarapan tadi. Sejenak, saya berpikir mungkin ada keterlambatan dalam pemrosesan, sehingga saya memutuskan untuk menunggu beberapa jam lagi.
Menjelang pukul 11.00, saya kembali memeriksa riwayat transaksi. Hasilnya tetap sama---tidak ada perubahan saldo, tidak ada jejak transaksi. Saat itu saya mulai sadar bahwa pembayaran tadi pagi mungkin tidak benar-benar berhasil, meskipun sistem sempat memberi notifikasi sebaliknya. Rasa tidak nyaman mulai muncul, terutama membayangkan pedagang yang mungkin menunggu pembayaran yang sebenarnya belum masuk ke rekening mereka.
Tanpa pikir panjang, saya memutuskan untuk kembali ke warung tempat saya sarapan tadi. Saat tiba di sana, saya langsung bertanya kepada si penjual apakah ada transaksi yang masuk dari pembayaran saya pagi tadi. Dengan raut wajah bingung, ia mengecek aplikasi penerimaan pembayaran dan mengatakan bahwa memang tidak ada transaksi yang tercatat dari saya. Saat itu juga, saya mengeluarkan uang tunai Rp15.000 dan menyerahkannya kepadanya. Ia tampak lega, dan saya pun merasa jauh lebih tenang.
Dari kejadian ini, saya mendapatkan pelajaran berharga. Meskipun sistem pembayaran digital semakin canggih dan memudahkan transaksi, tetap ada kemungkinan gangguan atau kegagalan dalam prosesnya. Notifikasi "berhasil" tidak selalu berarti transaksi benar-benar terjadi. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu memeriksa riwayat transaksi secara langsung, bukan hanya mengandalkan notifikasi di layar.
Jika mengalami kejadian serupa, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk memastikan transaksi benar-benar berhasil:
- Periksa saldo dan riwayat transaksi di aplikasi bank atau e-wallet. Jika saldo tidak berkurang atau transaksi tidak muncul, ada kemungkinan pembayaran gagal.
- Konfirmasi dengan penjual. Tanyakan apakah mereka menerima pembayaran sesuai nominal yang telah kita lakukan.
- Jangan langsung berlalu setelah notifikasi muncul. Luangkan waktu beberapa detik untuk memastikan saldo benar-benar terpotong.
- Siapkan alternatif pembayaran. Jika pembayaran digital bermasalah, selalu ada baiknya membawa uang tunai sebagai cadangan.
Bagi pedagang kecil, setiap transaksi sangat berarti. Uang Rp15.000 mungkin tampak kecil bagi sebagian orang, tetapi bagi mereka, itu bisa menjadi bagian dari pemasukan harian yang menentukan keberlangsungan usaha mereka. Bayangkan jika kejadian seperti ini terjadi beberapa kali dalam sehari dan tidak disadari oleh pelanggan---mereka bisa mengalami kerugian besar tanpa mereka sadari.
Saya bersyukur bisa menyadari hal ini lebih cepat dan bisa menyelesaikan tanggung jawab saya. Kejadian ini menjadi pengingat bagi saya, dan semoga juga bagi orang lain, bahwa dalam transaksi digital, kita tetap harus teliti. Teknologi memudahkan hidup kita, tetapi ketelitian tetap menjadi tanggung jawab kita sebagai pengguna.