Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Petani, Penulis

Cita-cita Menjadi Dokter, Berikut Alasan dan Usaha Anak Saya untuk Mewujudkannya!

Diperbarui: 30 Agustus 2021   13:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak berpakaian dokter (foto freepik via popmama)

Anak-anak ketika ditanya cita-cita, akan menjawab ingin menjadi dokter atau guru.  Sangat wajar karena dalam kehidupan sehari-hari mereka dekat dengan dunia dokter dan guru.

Cita-cita menjadi dokter, guru, itu mungkin suatu hal mainstream alias cukup umum, tetapi, ketika besar sering kali tidak tercapai. Banyak alasannya, salah satunya mengganti cita-cita setelah besar.

Seperti putri sulung saya, dia Najwan Sabila, kami memanggilnya Lala. Sejak kecil impiannya ingin keliling dunia, tetapi tidak tahu pekerjaan apa itu. Sebagai orang tua, saya hanya mengarahkan untuk pintar, rajin belajar. Sebagai bentuk dukungan atas mimpinya, sejak kecil, saya daftarkan les bahasa Inggris.

Ketika pembagian kelulusan sekolah menengah pertama, Lala mendapat juara umum di sekolahnya. Suatu kebahagian bagi kami, ketika kepala sekolah mengumumkan, Lala mendapat nilai terbaik di antara dua ratus lebih siswa yang belajar di sekolah itu.

Impian berubah

"Lala, mau melanjutkan ke SMA mana, jurusan apa?" tanya saya ketika menjelang tidur.

"Daftar ke SMAN 2 jurusan IPA, supaya lulus nanti bisa jadi dokter." 

Cita-citanya berbeda dengan masa kecil dulu, sekarang dia lebih percaya diri untuk mengatakan ingin menjadi dokter.

"Lha katanya ingin keliling dunia? Kalau ingin keliling dunia paling tidak besok menjadi diplomat."

Dia tersenyum, penuh bangga, "Mamah tahu gak, kenapa sejak masuk SMP aku belajar terus, karena aku ingin jadi dokter, biar bisa merawat Mamah dan Papah, orang-orang juga," ujarnya lagi.

Baiklah saya tidak boleh berdebat sengit dan mempertahankan impian lamanya. Cita-cita anak harus didukung penuh. Indonesia telah merdeka, anak pun merdeka menentukan cita-citanya selama itu baik.

Walaupun anak merdeka menentukan impian, tidak 100 persen mereka dapat mewujudkannya. Berdasarkan survei Linkeldn, 60 persen profesional muda mengaku tidak bekerja sesuai dengan cita-citanya semasa kecil. Alasan utamanya karena tidak memiliki kemampuan dan akses pendidikan. Kedua alasan itu menjadi tantangan saya dan Lala. Bagaimana Lala menjadi bagian dari 40 persen tersebut?

Bagaimana kami mewujudkannya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline