Lihat ke Halaman Asli

Sri Rianti

Faqir Ilmi

Dengan Al-Quran Hati Menjadi Tenang Badan Sehat dan Pikiran menjadi Cemerlang

Diperbarui: 8 Oktober 2021   07:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesan dan Nasehat Penutupan Ujian Serentak Zona Tahfidz UNIDA Gontor Putri Mantingan

Oleh Al-Ustadz Dr. Cecep Sobar Rochmat., M.Pd.I

Senin, 21 Juni 2021 

Berkah bersama Al-Qur'an

Dilansir dari situs resmi United Nation, jumlah penduduk dunia mencapai 7 miliar orang. Sedangkan untuk golongan umat Islam sebanyak 1,9 miliar. Namun dari banyaknya jumlah umat Islam seberapa banyak orang yang dapat menghafal Al-Qur'an?

Bersyukurlah karena kita diberi rahmat untuk menjadi orang istimewa sebagai seorang penghafal Al-Qur'an. Karena bersama Al-Qur'an kehidupan akan lebih bermutu, pikirannya dipenuhi hal-hal yang positif dan hari-harinya penuh dengan kebaikan.

Mengenal Mukallaf

Seorang muslim yang dikenai kewajiban atau orang yang diberi beban itulah yang disebut sebagi mukallaf. Sedangkan syarat sebagai seorang mukallaf  ialah harus baliq, berakal sehat, dan sampai kepadanya dakwah Islam.

Berbicara mengenai dakwah, terdapat sebuah suku yang belum sampai kepadanya dakwah yaitu suku wanak kebiasaan kehidupannya yang suka berpindah-pindah apabila ada salah satu diantara keluarganya yang meninggal dunia, karena mereka menganggap hal kematian itu merupakan bencana. Solusi dakwah untuk mengatasi suku wanak ialah dengan mendakwahi kepala suku mereka terlebih dahulu. InsyaAllah atas izin Allah masyarat akan mentaati apa yang diperintahkan oleh kepala sukunya.

Biografi Imam Malik

Imam malik dengan nama aslinya Abdullah Malik Ibn Anas Ibn Malik Ibn Abi Amir Ibn Haris bin Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbahi al-Humairi dilahirkan di Madinah. Di usianya 7 tahun sudah menghafalkan Al-Qur'an, 9 tahun hafal hadist Al-Muwaththa', dan sudah duduk memberikan fatwa di masjidil haram diusinya 13 tahun. Dibalik kesuksesannya itu terdapat sesosok vital yang sangat mulia ialah sang Ibu. Ibunda Imam Malik sangat berhati-hati dalam mendidik anak diantaranya ia berwudhu terlebih dahulu sebelum menyusui, menghindari makanan dari yang syubhat, dan menggendongnya ketika perjalanan serta menemaninya saat menuntut ilmu. Dan sebelum Imam Malik pergi untuk menimba ilmu kepada gurunya, sang Ibu menasehatinya, "Jangan pulang sebelum Ibu memberi izin untuk pulang". Berkat hasil didikan dari sang Ibu yang baik akhirnya Imam Malik menjadi seorang ulama ahli fiqih dan hadist.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline