Lihat ke Halaman Asli

SDM Lokal Berbasis Budaya untuk Ekonomi Kreatif

Diperbarui: 20 Juni 2025   17:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Ilustrasi Ekonomi Kreatif 

Dalam era globalisasi dan disrupsi digital yang semakin cepat, kekuatan ekonomi tidak lagi hanya bergantung pada sumber daya alam atau industrialisasi semata, tetapi juga pada kreativitas, inovasi, dan keunikan budaya lokal. Salah satu aset yang sangat berharga namun sering terabaikan adalah Sumber Daya Manusia (SDM) lokal yang berbasis budaya. SDM lokal yang memahami nilai, tradisi, dan kearifan lokal memiliki potensi besar untuk menggerakkan ekonomi kreatif yang inklusif, berkelanjutan, dan berakar pada identitas komunitasnya sendiri.

Budaya Sebagai Modal Sosial dan Ekonomi

Budaya bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga kekayaan intelektual yang dapat dikembangkan menjadi kekuatan ekonomi. Produk-produk seperti kerajinan tangan, kuliner tradisional, seni pertunjukan, desain motif lokal, hingga cerita rakyat, semuanya adalah contoh dari ekspresi budaya yang bisa dikemas menjadi produk ekonomi kreatif. SDM lokal yang terlibat langsung dalam pelestarian dan pewarisan budaya ini sejatinya adalah pelaku utama ekonomi kreatif yang paling autentik.

Namun sayangnya, banyak komunitas lokal yang justru mengalami "pemutusan identitas" karena minimnya regenerasi dalam pewarisan budaya. Anak muda lebih tertarik pada budaya populer global dibanding menggali kearifan lokalnya sendiri. Di sinilah pentingnya membangun SDM lokal berbasis budaya agar nilai-nilai tradisi tidak hilang, dan justru bisa menjadi kekuatan kompetitif di pasar ekonomi kreatif.

Mengapa SDM Lokal Penting dalam Ekonomi Kreatif?

SDM lokal memiliki pengetahuan kontekstual yang tidak dimiliki oleh pihak luar. Mereka memahami filosofi, narasi, teknik, dan simbol-simbol budaya yang seringkali menjadi inti dari produk kreatif. Ketika diberi akses pada pelatihan, pendampingan, dan teknologi, SDM lokal dapat menghasilkan produk ekonomi kreatif yang tidak hanya unik secara estetika, tetapi juga sarat makna dan nilai.

Sebagai contoh, batik Jambi tidak hanya memiliki motif yang indah, tetapi juga cerita historis yang terkait dengan identitas daerah. Apabila SDM lokal mampu memproduksi, memasarkan, dan menjelaskan makna dari setiap motifnya, maka nilai produk tersebut akan meningkat bukan hanya secara ekonomis, tetapi juga secara budaya.

Keterbatasan Kapasitas dan Akses Pasar

Meski memiliki potensi besar, pemberdayaan SDM lokal berbasis budaya menghadapi banyak tantangan. Di antaranya adalah rendahnya literasi digital, terbatasnya akses ke pasar nasional dan global, kurangnya pelatihan manajemen usaha, serta minimnya perlindungan terhadap kekayaan intelektual komunal.

Misalnya, banyak pengrajin lokal yang tidak memiliki keterampilan untuk memasarkan produknya secara online. Akibatnya, produk mereka hanya dikenal secara lokal dan tidak mampu bersaing di pasar yang lebih luas. Selain itu, tidak sedikit juga karya budaya yang diambil alih oleh pihak luar tanpa memberikan manfaat ekonomi kepada komunitas asalnya.

Strategi Pemberdayaan SDM Lokal Berbasis Budaya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline