Cahaya di Balik Kelaparan
Hari pertama puasa telah tiba. Matahari telah terbit, dan suara adzan Subuh telah berkumandang. Aku bangun dari tidurku, merasa sedikit lelah karena kurang tidur. Tapi, aku tahu bahwa ini adalah hari pertama dari perjalanan spiritual yang panjang.
Aku memulai hari dengan membaca Al-Qur'an dan berdoa. Lalu, aku mempersiapkan diri untuk berpuasa. Aku meminum segelas air putih, dan merasa sedikit lega karena telah mempersiapkan diri untuk menghadapi hari yang panjang.
Saat matahari mulai terik, aku mulai merasa lapar. Perutku mulai berkedut, dan aku merasa sedikit lemah. Tapi, aku tahu bahwa ini adalah bagian dari proses puasa. Aku harus sabar dan kuat.
Saat siang, aku memutuskan untuk pergi ke masjid untuk melakukan shalat Dhuha. Aku merasa sedikit lelah, tapi aku tahu bahwa ini adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Saat matahari mulai terbenam, aku memutuskan untuk pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi pasien yang sedang sakit. Aku merasa sedikit lelah, tapi aku tahu bahwa ini adalah kesempatan untuk membantu orang lain.
Saat aku tiba di rumah sakit, aku melihat seorang pasien yang sedang sakit parah. Aku memutuskan untuk mengunjunginya dan memberikan semangat. Aku duduk di sampingnya, dan memegang tangannya.
"Assalamualaikum," kataku.
"Waalaikumsalam," jawabnya dengan lemah.
Aku memulai percakapan dengan pasien tersebut, dan aku merasa sedikit terharu. Aku tahu bahwa ini adalah kesempatan untuk membantu orang lain, dan aku merasa bahagia karena dapat melakukannya.
Saat aku meninggalkan rumah sakit, aku merasa sedikit lelah, tapi aku tahu bahwa ini adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Aku merasa bahagia karena dapat membantu orang lain, dan aku tahu bahwa ini adalah bagian dari proses puasa.