Lihat ke Halaman Asli

Siti Roikhanah

Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Usia Bukan Alasan : Bakpia "Ibu Sri" Jadi Jalan Rezeki

Diperbarui: 12 Juni 2025   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Ibu Sri Memanggang Bakpia (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Orang mungkin mengira, kisah perjuangan dan keberanian hanya milik mereka yang tampil di televisi atau panggung besar. Tapi tidak, kadang ia bersembunyi di balik uap dapur, dalam wajan-wajan sederhana, dan senyum hangat perempuan yang tak pernah menyerah pada keadaan.

Di Blawong 2, sebuah dusun di Trimulyo, Jetis, Bantul, Yogyakarta, ada satu kios kecil yang hampir tiap pagi tercium aroma manis kacang hijau dan tepung panggang. Tanpa spanduk mencolok, tanpa iklan besar-besaran. Tapi di balik etalase sederhana itu, tersimpan kisah yang lebih dari sekadar jual beli bakpia.

Namanya Bakpia Bu Sri Hariyani, usaha milik seorang perempuan tangguh berusia 43 tahun. Usaha ini baru dimulai pada tahun 2022, namun bukan berarti ia baru belajar hari itu juga. Sebaliknya, Bu Sri membawa pengalaman bertahun-tahun bekerja di toko bakpia orang lain dan kini untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia berdiri di belakang meja tokonya sendiri.

Dari Belakang Layar ke Garis Depan

Foto Kios Bakpia Bu Sri (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Selama bertahun-tahun, Bu Sri menjadi tangan-tangan tak terlihat di dapur milik orang lain. Ia mengaduk adonan, membungkus bakpia, menyusun toples, tanpa pernah muncul di balik etalase. Tapi ternyata, semua pengalaman itu bukan sekadar rutinitas harian. Ia menyimpannya seperti seseorang menyimpan resep rahasia keluarga. 

"Saya sudah lama kerja di tempat bakpia. Ya sudah tahu rasa, tahu proses. Tapi belum pernah yakin mau buka sendiri," ucapnya suatu pagi di kios kecilnya.

Namun tahun 2022 mengubah semuanya. Keinginan untuk punya penghasilan tambahan, dan dorongan untuk tak selamanya jadi "pekerja" membuat Bu Sri memberanikan diri membuka usaha sendiri. Ia memulai dari dapur rumah, hanya dengan alat seadanya, dan produksi harian sekitar 3 kilogram kacang hijau.

Awalnya, ia hanya bisa menitipkan bakpia buatannya ke warung-warung jajanan pasar. Ia tahu, tak mudah memperkenalkan produk baru, terlebih dari produsen kecil. Tapi seperti kulit bakpia yang dibentuk tipis namun sabar, ia percaya bahwa ketekunan akan memberi bentuk dan rasa pada mimpi-mimpinya.

Dari Rumah ke Kios Sendiri

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline