Lihat ke Halaman Asli

Berliana Siregar

Daulat Hati, tubuh dan Rasa

Mengajar Tulisan Indah tentang Danau Toba Merdeka

Diperbarui: 27 Agustus 2021   12:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: Para Anak Perempuan di salah satu desa di Samosir (Agustus/Bit/2021)

Aku rindu, dimana kutemukan tulisan tentang keindahan dan kedamaian tentang Danau Toba?Jarang  tulisan tangan orang dewasa kutemukan. Mampukah tangan mungil anak  Samosir menuliskannya? Dalam bentuk tulisan  meresap,  atas rasa syukur sehingga imun naik di  pandemi ini.

Cello, anakku  bertubuh mungil  warna coklat tubuhnya. Kami berbincang.

Aku: Anakku, nenekmu adalah guru. Ibu berontak tidak mau jadi guru. Ibu hanya pegawai swasta di kota. Gaji kecil, jam kerja panjang. Maukah kamu jadi guru bahasa Indonesia. Seperti nenek? 

Cello: Tidak, katanya!Cita-citaku hanya menjadi seorang pengusaha kue. Yang punya pabrik besar. 

Aku kecewa. Kutemukan diriku  gadis kecil dulu. Di tengah padang rumput luas. Duduk di atas bukit. Ibuku seorang perempuan matang bercerita dan mengajar. Seorang yang tulisannya indah. Memandu anak-anak menuliskan keindahan Danau Toba. Ada lenguhan kerbau. Mata air jernih mengalir di sela bukit  hijau. Tanah warga ditumbuhi jagung, kacang, padi,bawang, dan mangga. Sumber kehidupan beragam. Tidak berpestisida kimia.

Aku  jelmaan gadis kecil, ibuku. Ah seandainya aku dulu sekolah guru. Aku akan bersama anak menuliskan mimpi kami tentang Danau Toba dan  Indonesia merdeka. Merdeka dimana warga bergelimang panen raya. Gemah ripah loh jinawi. Sejahtera  hasil panen banyak. Buah-buah  alami warna-warni. Ternak gendut.

Tapi kami gadis kecil, pindah ke kota. Tidak mau jadi guru...Puluhan tahun kemudian... Ternak sudah habis, ladang-ladang gundul, banjir menghadang, longsor menerpa

Anak perempuan memandang jauh ke depan.Menuliskan kembali makna merdeka . Alam  kembali ditanami.Sumber mata air  kembali muncul. Tanah-tanah subur dimana petani menanam pangan lokal beranekaragam. Kami sekolah pertanian dan kembali ke Samosir. Menyuburkan lahan rusak, menanam pohon lokal sarat kearifan, panen raya bersama penuh bahagia. 

Tulisan itu semakin kuat, anak-anak perempuan terus berlatih, menulis, bermimpi. Sempurna Danau Toba yang sekarang tidak baik-baik, menjadi Sehat, Kuat dan indah. 

Tiba-tiba anakku Cello, mengulurkan secarik kertas. 

"Ibu, aku mau jadi guru!"




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline