DUNIA PENDIDIKAN kita sedang tidak baik-baik saja. Terlalu banyak kisah guru yang harus menanggung beban mental karena sebuah tindakan 'mendidik' dan mendisiplinkan siswa sekolah.Â
Lucunya lagi, orang tua malah mengambil peran membenarkan tindakan buruk yang dilakukan anaknya di sekolah. Alangkah mengherankan bagaimana pola pikir orang tua ketika harus mengambil sebuah keputusan.Â
Saya masih teringat betapa dunia pendidikan dahulu kala sangat menitikberatkan fungsi sekolah sebagai wadah pembenahan akhlak. Alih-alih membenarkan kesalahan siswa di depan publik. Namun, wajah pendidikan hari ini jauh berubah.Â
Kita melihat bangunan sekolah semakin meninggi ke atas. Sebaliknya, adab dan kesopanan siswa sekolah merosot tajam.
Fokus pendidikan hari ini hanya menekankan proses transfer ilmu dan kualitas pengajaran. Semua ini bermuara pada guru sebagai pendidik dan peran mereka dalam dunia pendidikan.Â
Tidak mengherankan kasus demi kasus dalam dunia pendidikan terus berulang dengan pola yang sama. Guru disalahkan karena mengambil tindakan yang menyudutkan siswa, sementara siswa selalu digambarkan sebagai korban yang patut dibela dan dikasihani.
Baru-baru ini kasus penamparan siswa oleh seorang guru mencuat ke publik. 630 siswa berinisiatif untuk mengambil cuti sekolah sebagai bentuk protes. Apakah sikap siswa seperti ini dianggap pantas dalam dunia pendidikan?
Sungguh sebuah tamparan bagi dunia pendidikan! Seorang pendidik menegur tindakan buruk siswa merokok di lingkungan sekolah. Lalu, protes keras dilakukan para siswa karena tidak menerima perlakuan sang kepala sekolah pada temannya.
Apakah siswa-siswa ini tergerak melakukan cuti sekolah karena hati nurani mereka atau digerakkan oleh oknum tertentu yang mungkin ingin menjatuhkan martabat pendidik?