Mohon tunggu...
Rasendriya Veda Mahardika
Rasendriya Veda Mahardika Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Gadjah Mada

Mahasiswa aktif Jurusan Ilmu Ekonomi di Universitas Gadjah Mada dengan semangat tinggi dalam pengembangan diri dan ketertarikan kuat terhadap teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ekonomi Digital dan Kekuatan Kepercayaan:Melihat Fenomena Influencer dari Prespektif Embeddedness

17 Oktober 2025   11:22 Diperbarui: 17 Oktober 2025   11:10 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto influencer jualan online(sumber:biteship.com)

Pernah nggak sih kamu lihat orang di media sosial yang followers-nya Cuma puluhan ribu, tapi bisa jualan produk sampai ribuan?.Atau sebaliknya ada kreator besar dengan jutaan pengikut, tapi penjualanya malah sepi?.Kalau pernah,kalian pasti bertanya-tanya,kok bisa ya fenomena ini terjadi?.

Jadi fenomena seperti ini sering banget kita jumpai di dunia digital sekarang.Bisa dibilang,siapa-pun bisa jadi "influencer",tapi nggak semua  bisa benar-benar berpengaruh.

Kalau kita analisis lebih dalam, ternyata hal in bisa dijelaskan lewat konsep yang disebut embadednes dalam sosiologi ekonomi.Embeddedness adalah konsep yang dikenalkan oleh Mark Granovetter(1985).Menurutnya embeddedness berarti bahwa tindakan ekonomi manusia selalu tertanam dalam jaringan sosial, norma, dan hubungan antar individu. Intinya, aktivitas ekonomi manusia itu nggak pernah berdiri sendiri.Setiap keputusan ekonomi entah membeli, menjual, atau bahkan memilih yang dipercaya selalu tertanam dalam jaringan sosial.Jadi di dunia influencer, kesuksesan seseorang nggak cuma karena algoritma atau modal besar.tetai juga diipengaruhi faktor lain yang jauh lebih penting yaitu  hubungan sosial dan kepercayaan.

Kepercayaan adalah "Mata Uang"Baru.Kamu pernah  beli produk cuma karena kamu "kata influencer ini bagus"?.Padahal kamu belum tentu butuh barangnya,tapi karena kamu percaya sama orang yang ngomong,kamu akhirnya beli.Nah inilah  yang disebut trust-based economy.Keputusan yang kamu ambil bukan murni karena logika untung-rugi,tetapi karena rasa percaya dan koneksi sosial yang sudah terbangun.

trust is the new currency(sumber:snapklik.com)
trust is the new currency(sumber:snapklik.com)

Tapi di sisi lain,sistem ini juga punya sisi gelapnya.Ketika hubungan sosial mulai jadi "komoditas",kedekatan yang awalnya tulus bisa berubah menjadi strategi bisnis.Banyak kreator yang "menjual kepribadian" atau bahkan membuat drama agar mereka mendapatkan engagement yang tinggi.Di sini kita bisa lihat bahwa embaddedness tidak selalu postitif.Kadang,justru hubungan sosisal yang dipaksakan membuat  batas antara kenyataan dan pencitraan.

 Jadi konsep embaddedness menjelaskan bahwa hubungan sosial semacam ini punya pengaruh besar dalam ekonomi.Kreator yang dekat dengan audiensnya dan sering berintrasi  biasanya lebih mudah dipercaya.Sebaliknya,kalau hubungan sosialnya lemah,seberapa mahal alat dan iklan yang digunkan,hasilnya belum tentu maksimal

Dari sini bisa kita simpulkan kalau kamu berfikir ekonomi digital itu hanya soal algoritma dan modal,kamu perlu berfikir ulang.Dibalik layar,ada jaringan sosial yang membentuk siapa yang dipercaya dan siapa yang diabaikan.Ada emosi,Keakraban,bahkan loyalitas yang tak bisa dihitung pakai angka.

Konsep embeddedness mengingatkan kita bahwa ekonomi selalu berawal dari manusia.Dan selama masih ada rasa percaya,komunikasi, serta hubungan sosial,maka "like" dan "trust" akan tetap menjadi kunci utama dalam mengubah interkasi digital menjadi cuan yang nyata.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun