Lihat ke Halaman Asli

Silfia Hani

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pancasakti Tegal

Pelecehan Bukan Soal Pakaian, Tapi Soal Pikiran

Diperbarui: 12 Oktober 2025   10:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto perempuan. Sumber : Freepik.com

Setiap kali mendengar dan melihat kabar tentang pelecehan, hal pertama yang sama dan selalu dibicarakan adalah "mungkin bajunya terlalu terbuka" kalimat yang terlihat sangat ringan meluncur begitu saja tanpa memikirkan hal apa yang terjadi selanjutnya tapa mereka ketahui kalimat itu menjadi sebuah pola pikir yang membuat korban merasa bersalah atas luka yang bukan ia ciptakan

Kita hidup di masyarakat yang terlalu cepat menilai penampilan, tapi lambat memahami persoalan. Setiap perempuan dilecehkan yang diteliti adalah panjang roknya, jam berapa ia keluar rumah, warna bajunya, model bajunya. Seolah-olah kain yang menempel pada perempuan lebih berpengaruh daripada moral dan kendali diri seorang laki-laki. Padahal, pelecehan tidak pernah terjadi karena pakaian melainkan karna pikiran pikiran yang melihat tubuh orang lain boleh di sentuh, dinilai bahkan dikomentari, mereka melihat perempuan sebagai objek bukan sama sama melihat sebagai subjek.

Pelecehan bisa menimpa siapa saja: perempuan berhijab, perempuan dengan pakaian sopan dan tertutup, seragam sekolah, anak kecil yang belum mengerti apa apa tentang tubuhnya, bahkan perempuan dalam keadaan gangguan jiwa pun masih bisa menjadi sasaran pelecehan. Fakta ini seharusnya sudah cukup untuk menghentikan narasi lama bahwa pakaian memicu pelecehan. Tapi entah mengapa, masyarakat masih memilih mempercayai mitos itu mungkin karena lebih mudah menyalahkan korban daripada mengakui bahwa ada masalah serius pada cara kita mendidik dan memandang.

Sejak keci, anak perempuan di didik untuk "menjaga diri" : jangan pulang malam, jangan menggunakan pakaian pendek, jangan tertawa terlalu keras, namun tanpa mereka sadari anak laki-laki mereka jarang diajarkan tanggung jawab sosial atau moral dalam berinteraksi seperti menahan pandangan, menghormati batas tubuh orang lain, dan tidak bersikap melecehkan. Kita terlalu sering menuntut perempuan agar waspada, tapi lupa menuntut laki-laki untuk bersikap baik. Dari situlah ketimpangan itu tumbuh, sedikit demi sedikit, sampai akhirnya terasa besar.

Pikiran yang kotor tidak muncul begitu saja. Ia dibentuk oleh budaya yang membiarkan candaan seksis dianggap wajar, yang menganggap catcalling sebagai "pujian", dan yang selalu menempatkan perempuan sebagai pihak yang harus menyesuaikan diri. Kita membesarkan generasi yang tahu cara menilai tubuh perempuan, tapi tidak tahu cara menghormatinya.

Dan ketika pelecehan terjadi, korban kembali harus menanggung beban ganda: luka karena perbuatan pelaku, dan luka sosial karena penghakiman masyarakat. Ia dituntut menjelaskan cara berpakaian, tempat kejadian, bahkan alasan keberadaannya di sana. Sementara pelaku justru sering berlindung di balik alasan "godaan". Setiap kali kita bertanya "Dia pakai apa?", kita sebenarnya sedang memaklumi pelaku dan menutup mata dari persoalan yang sesungguhnya.

Sudah saatnya kita mengubah arah pembicaraan. Jangan lagi sibuk mengatur pakaian perempuan karena yang perlu dikendalikan bukan tubuh, tapi pikiran. Mari mulai mengajarkan anak laki-laki tentang empati dan rasa hormat, bukan hanya mengajarkan anak perempuan tentang rasa takut.

Pelecehan bukan soal baju, bukan soal malam, bukan soal tempat. Ini soal pikiran, soal bagaimana seseorang melihat dan memperlakukan orang lain. Dan dunia baru akan benar-benar aman ketika yang kita tutupi bukan tubuh perempuan, melainkan pikiran sempit yang menganggap tubuh orang lain sebagai hak miliknya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline