Lihat ke Halaman Asli

Shila Wigati

Ekonomi Pembangunan Universitas Ahmad Dahlan

Kemiskinan Kota Mempengaruhi Kesejahteraan Perempuan Terkhusus dalam Aspek Sosial dan Ekonomi

Diperbarui: 20 Juli 2025   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Isu kemiskinan kota masih menjadi topik utama yang merupakan tantangan oleh banyak negara di seluruh dunia terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Kemiskinan kota ini berpengaruh signifikan bagi kesejahteraan perempuan. Dalam konteks ini penulis ingin berbagi informasi dan lebih menyuarakan ke massa terhadap pentingnya kesadaran bagaimana kemiskinan kota dapat memengaruhi kesejahteraan perempuan dalam segi sosial dan ekonomi.

Dari perspektif ekonomi, perempuan yang hidup dalam kemiskinan kota sering kali menghadapi berbagai hambatan yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mencapai kemandirian finansial. Banyak perempuan terjebak dalam pekerjaan informal yang tidak memberikan jaminan sosial atau upah yang layak. Perempuan sering kali memiliki akses yang terbatas terhadap pendidikan dan pelatihan keterampilan yang menghambat peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Hal tersebut menjadi bukti bahwasanya diskriminasi perempuan di kondisi ekonomi sekarang ini masih menjadi permasalahan yang menghambat perekonomian di kota itu sendiri.

Kemiskinan kota dan akses pendidikan ini menjadi siklus kemiskinan yang tidak berujung. Perempuan yang hidup dalam kemiskinan sering kali tidak memiliki sumber finansial yang dapat membiayai pendidikan mereka, akibatnya banyak perempuan yang tidak melanjutkan pendidikan. Sisi lain kemiskinan kota tersebut membatasi akses perempuan terhadap pendidikan dan pelatihan keterampilan, serta dampaknya terhadap peluang kerja dan kemandirian ekonomi.

Di luar sana banyak perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga di tengah permasalahan diskriminasi gender ini. Banyak perempuan yang menanggung tanggung jawab sebagai kepala keluarga dengan banyak tanggungan yang harus dihidupinya di kondisi kemiskinan kota. Tanggung jawab ini dapat menghalangi mereka untuk mengejar pendidikan atau pelatihan keterampilan. Waktu dan energi yang seharusnya dapat dialokasikan untuk belajar sering kali terpaksa digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sehingga mengurangi kesempatan mereka untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan.

Kemiskinan kota dalam aspek sosial ini lebih krusial pengaruhnya terhadap kesejahteraan perempuan. Perempuan yang memiliki kemandirian finansial akan memiliki kehidupan lebih stabil yang berdampak pada kondisi sosial yang baik. Namun bagaimana nasib perempuan yang berada di lingkungan pekerjaan informal yang tidak mendapat jaminan sosial dan dapat dikatakan tidak mendapat pekerjaan yang layak karena kondisi kemiskinan di kota itu? Hal tersebut sangat mengganggu kondisi kesehatan mental perempuan yang akan berdampak pada kondisi sosialnya.

Dari segi sosial kemiskinan kota dapat mengikis martabat perempuan dan memperparah kerentanan mereka terhadap kekerasan berbasis gender. Lingkungan yang penuh tekanan ekonomi dapat meningkatkan stres dalam rumah tangga, yang seringkali berujung pada kekerasan rumah tangga. Selain itu, perempuan miskin di perkotaan mungkin lebih rentan terhadap eksploitasi seksual atau perdagangan manusia karena kebutuhan ekonomi yang mendesak. Stigma sosial yang melekat pada kemiskinan juga dapat mengisolasi perempuan, membatasi akses mereka ke jaringan dukungan sosial yang krusial untuk ketahanan

Kondisi suatu kota yang sedang mengalami fase stagnasi dan mengarah ke kemiskinan kota tidak dapat menjamin akses layanan kesehatan dan dukungan psikologis untuk penduduk perempuan di kota tersebut. Dampaknya menjadi hal yang jauh lebih rumit seperti dapat memperburuk kondisi kesehatan penduduk perempuan, yang pada gilirannya mempengaruhi kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi. Kemudian lingkaran ini tidak akan berhenti dan sulit untuk diatasi.

Kemiskinan kota memiliki dampak yang kompleks dan mendalam terhadap kesejahteraan perempuan. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kebijakan perlindungan dan pemberdayaan perempuan, peningkatan akses pendidikan dan dukungan terhadap usaha kecil yang dikelola oleh perempuan. Dengan demikian, upaya untuk mengurangi kemiskinan harus mempertimbangkan perspektif gender agar dapat menciptakan perubahan yang berkelanjutan dan inklusif.

Dari banyak hal yang berdampak terhadap kesejahteraan perempuan tersebut, untuk mengatasinya diperlukan pendekatan yang holistik dan berperspektif gender. Ini tidak hanya mencakup program-program pengentasan kemiskinan yang berfokus pada peningkatan pendapatan, tetapi juga investasi pada pendidikan dan pelatihan yang aman dan mendukung bagi perempuan. Penting juga untuk menantang norma-norma gender yang merugikan dan mempromosikan kesetaraan gender dalam semua aspek kehidupan. Tanpa mengatasi akar masalah struktural dan sosial ini, upaya pengentasan kemiskinan hanya akan menjadi solusi sementara yang tidak mampu memutus lingkaran kerentanan perempuan di perkotaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline