Lihat ke Halaman Asli

Shabrina Nurul

Pelajar - Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Ketika Adaptasi Menjadi Bumerang: Kisah Kelam A Business Proposal Indonesia

Diperbarui: 23 Juni 2025   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Ketika Adaptasi Menjadi Bumerang: Kisah Kelam A Business Proposal Indonesia

Bagaimana sebuah film adaptasi drama Korea yang dinantikan berubah menjadi pelajaran pahit tentang pentingnya menghormati karya original dan basis penggemar

Pembuka: Mimpi yang Kandas

Februari 2025 seharusnya menjadi momen keemasan bagi industri film Indonesia. Film "A Business Proposal", adaptasi dari drama Korea populer yang memiliki rating tinggi di Netflix, siap meramaikan bioskop Tanah Air. Dengan mengusung cerita romansa komedi yang telah terbukti mampu memikat jutaan penonton di seluruh dunia, film ini diharapkan menjadi bukti bahwa Indonesia mampu mengadaptasi konten K-drama dengan baik.

Namun, realita berkata lain. Film yang dibintangi Abidzar Al-Ghifari dan Ariel Tatum ini hanya meraup 6.900 penonton pada hari perilisannya—angka yang dinilai rendah untuk ukuran film adaptasi dengan basis penggemar drama Korea yang kuat. Angka tersebut bukan hanya mengecewakan, tetapi juga menandai awal dari sebuah fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam industri perfilman Indonesia: film remake drama Korea Indonesia pertama yang mengalami cancel culture di Tanah Air.

Jejak Kontroversi yang Membayangi

Kegagalan "A Business Proposal" Indonesia bukanlah hasil dari kualitas produksi yang buruk atau ketidakcocokan cerita dengan selera lokal. Akar masalahnya justru terletak pada serangkaian pernyataan kontroversial dari pemeran utama, Abidzar Al Ghifari, yang secara tidak sengaja melukai hati basis penggemar drama Korea yang sangat loyal.

Abidzar pertama kali menuai hujatan saat mengaku memilih untuk tidak menonton drama Korea A Business Proposal. Dia hanya menonton satu episode kemudian memutuskan untuk membuat karakternya sendiri. Pernyataan ini seperti api dalam sekam bagi komunitas pecinta K-drama yang menganggap karya original sebagai sesuatu yang sakral dan harus dihormati.

Kontroversi semakin memanas ketika pengakuan Abizar yang mengatakan memilih tak menonton versi drakornya. Hal ini diperparah dengan dengan pernyataan anak almarhum Uje itu di sebuah podcast yang menyebut fans drakor adalah penggemar fanatik. Pernyataan ini bukan hanya menunjukkan kurangnya persiapan sebagai aktor, tetapi juga merendahkan komunitas yang seharusnya menjadi target utama film ini.

Anatomi Sebuah Blunder

Untuk memahami mengapa kontroversi ini begitu meledak, penting untuk melihat kronologi lengkap pernyataan-pernyataan Abidzar yang bermasalah:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline