Mahasiswa Gizi Universitas Airlangga (UNAIR) dengan segudang inovasi kembali menunjukkan kreativitasnya dalam menciptakan inovasi jajan sehat. Kali ini, mereka berhasil mengembangkan produk jajanan tradisional yang tidak hanya lezat tetapi juga lebih sehat. Dengan bangga, mereka memperkenalkan Telo Tulo, hasil modifikasi jajanan tradisional khas Betawi, Petulo. Produk ini telah dipatenkan dan mendapatkan sertifikat resmi dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Petulo, atau dikenal juga sebagai kue putu mayang, adalah jajanan tradisional yang banyak disukai oleh masyarakat Indonesia. Warnanya yang cerah dan bentuknya yang menyerupai mi membuatnya menarik, terutama bagi anak-anak dan remaja. Namun, tingginya kandungan gula dan lemak pada Petulo tradisional menjadi perhatian utama kelompok mahasiswa ini. Mereka memutuskan untuk melakukan modifikasi bahan, menjadikan Petulo sebagai makanan yang lebih ramah kesehatan.
Inovasi Bahan untuk Makanan Sehat
Kelompok mahasiswa ini mengganti tepung beras pada Petulo dengan tepung ubi garut yang kaya serat, menggantikan santan dengan fiber creme untuk mengurangi kandungan lemak, serta menggunakan sari kurma sebagai pengganti gula merah. Modifikasi ini bertujuan untuk mengurangi risiko obesitas, terutama pada kalangan remaja, yang sering kali mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak.
Menurut kelompok pengembang, misi utama dari inovasi ini adalah membantu mencegah obesitas pada remaja. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kasus obesitas di Indonesia semakin meningkat, terutama pada kelompok usia remaja. Remaja cenderung mengonsumsi makanan tinggi kalori, gula, dan lemak tanpa memikirkan dampaknya pada kesehatan. Oleh karena itu, Telo Tulo hadir sebagai alternatif jajanan yang lebih sehat.
'Telo Tulo' Produk Inovasi Jajan Tradisional Petulo/Putu Mayang (Sumber: Sasha A. Ramadhan)
Sasaran dan Keunggulan Produk
Kelompok mahasiswa ini menyasar remaja obesitas sebagai target utama produk mereka. "Kami ingin memberikan solusi melalui Telo Tulo. Dengan kandungan serat yang lebih tinggi dan lemak yang lebih rendah, makanan ini dapat membantu menjaga berat badan dan mencegah risiko diabetes," ujar salah satu anggota kelompok.
Selain sehat, Telo Tulo juga mempertahankan keunikan visual dari Petulo tradisional, yang menjadi daya tarik utamanya. Warna alami yang dihasilkan dari pewarna sayuran dan buah-buahan menambah nilai estetika produk ini. Kemasan modern yang praktis dan higienis juga dirancang untuk mempermudah konsumen dalam menikmati produk.
Harapan untuk Masa Depan
Sebagai produk yang telah dipatenkan, Telo Tulo diharapkan dapat bersaing di pasar jajanan tradisional dengan membawa nilai tambah dari sisi kesehatan. Mahasiswa Universitas Airlangga berharap inovasi ini tidak hanya menjadi solusi untuk masalah obesitas tetapi juga mampu memperkenalkan kembali makanan tradisional kepada generasi muda dengan cara yang lebih menarik dan sehat.
"Kami ingin Telo Tulo tidak hanya dikenal sebagai jajanan sehat, tetapi juga sebagai simbol kreativitas mahasiswa dalam melestarikan kuliner tradisional Indonesia," ujar mereka penuh semangat.
Melalui Telo Tulo, mahasiswa Universitas Airlangga tidak hanya memberikan kontribusi di bidang inovasi makanan, tetapi juga menegaskan peran generasi muda dalam menjaga budaya dan kesehatan bangsa.
Berikut merupakan Tim Inovasi Telo Tulo:
- Sukma Amelia NIM. 102111233021
- Sasha A. Ramadhan NIM. 102111233023
- Tsabitah Tamhida Salsabila NIM. 102111233032
- Zalfa Imtinan Putri NIM. 102111233039
- Adelia Listy Nursabrina NIM. 102111233061
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI