Lihat ke Halaman Asli

Sarah Khoerunnisa

seorang Mahasiswa

Peninggalan Hindu-Buddha di Kota Santri

Diperbarui: 28 Desember 2021   15:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto dimbil dari cicuit

Untuk anda yang pernah berkunjung ke Tasikmalaya ataupun anda warga Tasikmalaya, apakah anda sudah tahu bahwa di Tasikmalaya terdapat situs purbakala peninggalan zaman dahulu yang sudah berusia kurang lebih 2500 tahun sebelum masehi? Dan bahkan situs purbakala peninggalan zaman dahulu ini sudah masuk ke dalam daftar cagar budaya. 

Padahal, di Jawa Barat sendiri situs purbakala peninggalan zaman dahulu bercorak Hindu-Budhha bisa dibilang sedikit, karena kebanyakan peninggalan Hindu-Buddha banyak di temukan di berbagai daerah diluar Jawa Barat. Dan di Kota Tasikmalaya sendiri, situs purbakala peninggalan zaman dahulu ini menjadi satu-satunya (Redaksi, 2019). Seharusnya kelangkaan ini membuat peninggalan bersejarah ini tersohor ya. Karena dalam situs purbakala peninggalan zaman dahulu ini bisa digali mengenai sejarah Tasikmalaya di zaman dahulu.

Situs Lingga Yoni namanya. Situs ini berada di Blok Wangkelan, Kampung Kabuyutan, Jl. Letjend Harun, Kampung Sindanglengo,  Kelurahan Sukamajukidul, Kec. Indihiang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Lokasi situs berada pada koordinat 108° 11’23,65’’ BT dan 07° 17’47,96’’ LS dengan ketinggian 420 meter di atas permukaan laut (mdpl). Jika anda ingin mengunjungi situs ini, wargi Tasik bisa menempuh perjalanan sekitar 1 km dari arah selatan terminal bis Kota Tasikmalaya. 

Belum banyak orang tahu mengenai situs ini. Bahkan saat saya bertanya kepada tetangga saya yang lahir dan besar di Kota Tasikmalaya dan lokasi rumah tidak terlalu jauh dari situs ini, tetangga saya tidak mengetahui situs ini. Warga sekitar lokasipun tidak tahu jika nama situs ini adalah Lingga Yoni.

 Dilansir dari cicicuit (Situs Purbakala Lingga Yoni Tasikmalaya, n.d.), jika anda ingin berkunjung ke situs ini dan ingin bertanya warga sekitar, jangan bertanya “jalan ke situs Lingga Yoni”, karena warga sekitar tidak akan paham. Situs ini disebut oleh warga sekitar dengan nama “Karamat”. Bahkan jika anda melihat ulasan tempat ini di Google Maps, ada beberapa orang yang mereview tempat ini sulit untuk dilalui karena tidak ada petunjuk jalan yang bisa digunakan.

Sebenarnya apa itu Situs Lingga Yoni? Situs tersebut merupakan tempat peribadatan atau tempat suci (Newswire, 2012) untuk mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa (Noor, 2019) bagi penganut Hindu Saiwa. Bentuknya seperti stupa pada candi-candi yang umumnya dikenal di tanah air. Bila diangkat, Lingga yang terbuat dari batu hitam akan terlihat di bagian yang masuk ke lubang Yoni sedikit runcing segi empat. Sementara Yoni yang menjadi wadah Lingga, di bagian luarnya terukir mirip ukiran candi-candi meski sudah tidak utuh (Newswire, 2012). 

Menurut Suta dalam (Harriyadi, 2021), Lingga merupakan perwujudan penggambaran  Dewa  Śiwa,  sedangkan Yoni merupakan representasi shakti (istrinya) Siwa yaitu Dewi Parwati. Penyatuan Lingga dan Yoni ini merupakan bentuk pemujaan atas kesuburan lahan di kawasan tersebut (Candi Lingga Yoni, Tempat Beribadat Era Hindu Di Kota Tasikmalaya, 2020).

Lingga disebut juga perlambang api serta cahaya. Keberadaannya merepresentasikan kehadiran unsur kekuatan serta kekuasaan. Yoni perlambang dari bumi. Pertemuan atau penyatuan kedua unsur tersebut menggambarkan penyatuan antara laki-laki dan perempuan yang menghasilkan arus atau energi tertentu.

Dalam jurnal (Widyastuti, 2017), dijelaskan bahwa tinggalan arkeologis yang terdapat di Situs Lingga Yoni ini berada pada lahan datar berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 7,30 x 7,20 m. Sekarang di situs ini sudah dilakukan pemagaran oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten serta pemasangan papan nama oleh Balai Pengelolaaan Kepurbakalaan, Kesejarahan, dan Nilai Tradisional Propinsi Jawa Barat. Di lokasi situs terdapat batu datar, menhir, batu bulat serta tentu saja Lingga dan Yoni.

Situs Lingga Yoni ini sangat cocok dan potensial untuk dijadikan ecomuseum, karena beberapa keunikan yang dimiliki situs ini maupun masyarakat sekitarnya. Disebut unik karena kebanyakan cagar budaya yang ada di tasikmalaya berupa makam, ataupun bangunan peninggalan zaman colonial. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline