Lihat ke Halaman Asli

Sandy Oogway

Friendly Coach No.1 Indonesia

Mengabdi Pada Diri Sendiri

Diperbarui: 6 Desember 2021   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi | Sumber: Splendens via lifestyle.kompas.com

Belajar dan bekerja sebenarnya menjadi urusan pribadi. Tidak ada hubungannya dengan orang lain, sekalipun itu orang tua maupun istri dan anak. 

Belajar dan bekerja juga merupakan tanggung jawab sendiri sebagai manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. 

Untuk itu, belajar dan bekerja bukanlah karena pengabdian pada orang lain, melainkan sepenuhnya karena seseorang mengabdi pada diri sendiri. Orang lain bukanlah majikan, tetapi diri sendiri yang menjadi majikannya.

Pepatah asal Cina berbunyi, "Sehari tidak bekerja, sehari tidak makan." Kalimat dalam pepatah ini terlihat sederhana, tetapi mengandung makna sangat dalam dan luas.

Saat kita berpikir bahwa belajar dan bekerja itu merupakan pengabdian pada diri sendiri, kita akan lebih tekun dan teliti saat belajar dan mengarahkan rutinitas pada sebuah tujuan hidup yang pasti dan sesuai kemauan pribadi. 

Misalkan kita ingin menjadi seorang jurnalis, maka kita harus fokus dengan cara belajar dan menggali pengetahuan di bidang jurnalistik. Kemudian kita mencari pelatih yang menguasai kemampuan jurnalistik secara teoritis melalui bangku kuliah serta pelatih secara praktik yang bekerja di media massa. Dengan begitu, kita akan lebih cepat menguasai bidang tersebut dan lebih cepat mencapai kesuksesan.

Sayangnya, baru sebagian dari kita yang menyadari konsep pemikiran ini. Banyak dari kita yang masih bekerja karena mengabdikan diri pada orang lain. Akibatnya, saat sang 'majikan' sudah merasa puas dengan pekerjaan dan pengetahuan kita, maka kita akan berhenti belajar. 

Pikiran kita mudah merasa puas karena kita hanya berusaha memuaskan keinginan sang 'majikan'. Kecuali bila sang 'majikan' menuntut kita untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan, maka kita baru mulai menjalankan keinginannya tersebut.

Tindakan kita hanya sebatas bertahan hidup dan menyenangkan hati orang lain (sang 'majikan') agar kita dapat mempertahankan pekerjaan dan tidak kehilangan uang dari gaji sang 'majikan'. 

Jika kegiatan ini berulang terus menerus, maka kita sibuk untuk membuktikan diri dan lupa mengembangkan diri, akibatnya kita akan tenggelam dalam kesulitan hidup dan kehilangan waktu yang sangat berharga untuk menjalani hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline