Kopi merupakan minuman berkafein yang populer di seluruh dunia. Namun, konsumsi kopi oleh anak-anak menimbulkan kekhawatiran serius karena efek samping kafein terhadap sistem saraf dan kesehatan metabolik. Beberapa mitos makanan menyebutkan bahwa kopi dapat mencegah kejang, namun klaim ini tidak didukung oleh bukti ilmiah yang valid. Artikel ini membahas bahaya kopi pada anak berdasarkan penelitian ilmiah terkini, mengulas mitos seputar kopi dan kejang, serta menampilkan rekomendasi resmi dari WHO, AAP, dan lembaga kesehatan dunia lainnya terkait konsumsi kopi pada usia anak dan remaja.
Konsumsi kopi telah menjadi bagian dari budaya masyarakat di berbagai belahan dunia. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun kini mulai terpapar kopi dalam berbagai bentuk---baik sebagai minuman langsung, campuran dalam susu, maupun dalam produk makanan dan camilan.
Meskipun kopi sering dianggap aman dan bahkan menyehatkan bagi orang dewasa dalam dosis terbatas, hal ini tidak berlaku untuk anak-anak. Tubuh anak yang masih berkembang jauh lebih sensitif terhadap efek stimulan seperti kafein, yang menjadi zat aktif utama dalam kopi.
Di sisi lain, berkembang pula anggapan di masyarakat bahwa kopi dapat mencegah atau menghentikan kejang pada anak. Mitos ini bahkan mendorong beberapa orang tua untuk memberikan kopi saat anak demam atau mengalami gejala neurologis.
Padahal, kejang terutama disebabkan oleh gangguan keseimbangan elektrolit, infeksi, atau kelainan sistem saraf pusat---yang tidak dapat ditangani dengan kopi. Penting untuk mengkaji mitos ini dari sudut pandang ilmiah agar tidak terjadi kesalahan penanganan medis yang membahayakan anak.
Bahaya Kopi pada Anak Berdasarkan Penelitian Ilmiah
Gangguan Tidur dan Konsentrasi. Penelitian menunjukkan bahwa kafein dalam kopi mengganggu pola tidur anak, mengurangi durasi dan kualitas tidur malam hari. Studi oleh Temple et al. (2009) menyatakan bahwa konsumsi kafein berkorelasi dengan onset tidur yang lebih lambat dan gangguan perhatian, mempengaruhi performa akademik anak.
Gangguan Jantung dan Tekanan Darah. Kafein dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Menurut studi dalam Journal of Pediatrics (2011), konsumsi kafein sebanyak 2--3 mg/kg berat badan dapat menyebabkan takikardia dan peningkatan tekanan darah pada remaja, dengan efek yang lebih kuat pada anak-anak yang lebih kecil.
Risiko Ketergantungan dan Gejala Putus Kafein. Konsumsi kafein yang rutin dapat menyebabkan ketergantungan. Anak-anak yang mengonsumsi kopi secara rutin berisiko mengalami gejala putus zat seperti sakit kepala, kelelahan, mudah marah, dan penurunan konsentrasi jika asupan dihentikan secara mendadak.
Gangguan Pencernaan dan Nafsu Makan. Kopi dapat menyebabkan iritasi lambung, mual, dan penurunan nafsu makan pada anak. Sebuah studi di Pediatric Gastroenterology Journal menyebutkan bahwa kafein memicu peningkatan asam lambung yang berisiko menyebabkan gastritis pada anak.