MENJAGA INTEGRITAS INTELEKTUAL SEBAGAI KOMPAS MORAL GURU
*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao
Dalam dunia pendidikan, guru melakukan transformasi ilmu, menunjukan teladan dalam kejujuran dan tanggung jawab moral. Di balik tugas mendidik, tersimpan satu prinsip mendasar yang kerap luput diperhatikan adalah integritas intelektual. Prinsip ini menjadi kompas moral yang menuntun guru untuk tetap jujur dalam berpikir, menilai, dan bertindak, meskipun di tengah berbagai tekanan dan godaan. Menjaga integritas intelektual berarti menjaga martabat profesi pendidik sekaligus menanamkan nilai luhur kepada generasi penerus bangsa.
Memahami integritas intelektual pada dasarnya adalah sikap konsisten dalam memegang kejujuran berpikir, bersikap objektif, serta bertanggung jawab atas setiap hasil karya atau penilaian akademik. Bagi seorang guru, hal ini berarti menolak segala bentuk plagiarisme, manipulasi data, atau pemberian nilai yang tidak sesuai dengan capaian siswa. Integritas intelektual bukan hanya soal etika pribadi, tetapi juga menjadi fondasi terciptanya budaya belajar yang sehat dan beradab di sekolah. Dengan memahami prinsip ini, guru diharapkan mampu menjadi figur panutan yang menanamkan nilai kejujuran dan tanggung jawab intelektual kepada para siswanya.
input gambar: newsmaker.tribunews.com
Salah satu pakar pendidikan, Prof. H.A.R. Tilaar, menekankan bahwa integritas intelektual merupakan roh dalam dunia pendidikan yang tak boleh ditawar. Bahwa guru bukan hanya pendidik formal, tetapi juga penjaga nurani akademik yang bertanggung jawab atas keaslian pengetahuan dan kejujuran dalam penyampaiannya. Tanpa integritas intelektual, guru akan kehilangan wibawa moral di mata peserta didik.
Guru diharapkan mampu menjaga orisinalitas dalam membuat materi ajar, berlaku adil dan objektif dalam memberikan penilaian, serta jujur saat melaporkan hasil belajar siswa. Lebih dari itu, integritas intelektual mendorong guru untuk terus mengembangkan diri melalui belajar sepanjang hayat, tanpa menempuh jalan pintas yang melanggar nilai kejujuran. Ketika prinsip ini benar-benar dihidupi, maka guru tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga memperlihatkan teladan nyata bahwa integritas merupakan napas dalam setiap langkah kehidupan seorang pendidik.
Input gambar: myedisi.com
Selain itu, kurangnya pengawasan internal dan lemahnya budaya akademik di beberapa sekolah membuat pelanggaran integritas intelektual sering luput dari perhatian. Tantangan lain yang tidak kalah besar adalah godaan untuk berkompromi demi kenyamanan pribadi atau demi citra institusi. Semua ini menuntut keteguhan hati dan kesadaran moral setiap guru untuk tetap memegang prinsip kejujuran, meski dihadapkan pada godaan dan tekanan dari berbagai arah.
Input gambar: id.pngtree.com
Kedua, objektivitas dalam penilaian menuntut guru untuk bersikap adil dalam mengevaluasi capaian siswa, tanpa dipengaruhi kedekatan emosional, tekanan orang tua, atau intervensi pihak lain. Objektivitas ini menciptakan iklim belajar yang jujur dan memotivasi siswa berkembang sesuai potensinya.