Mohon tunggu...
Desi Yuliyanti
Desi Yuliyanti Mohon Tunggu... Guru Bahasa Indonesia

Saya merupakan guru bahasa Indonesia tingkat SMP di salah satu sekolah swasta di wilayah Depok, Jawa barat

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Indonesia di Tangan Gen Z: Kaku atau Luwes?

3 Oktober 2025   15:15 Diperbarui: 3 Oktober 2025   15:05 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Setiap zaman punya cara tersendiri dalam mengaplikasikan sebuah bahasa. Kalau dulu kita sering mendengar bahasa baku hanya di ruang kelas atau berita televisi, kini anak-anak muda khususnya generasi Zilenial, menghadirkan wajah baru bahasa Indonesia.

Generasi Zilenial, yaitu mereka yang berada di peralihan antara milenial dan Gen Z, tumbuh dalam masa unik: pernah merasakan masa kecil tanpa gawai pintar, tapi kemudian hidup di era serba digital. Tidak heran kalau gaya bahasa mereka juga luwes, bisa berganti dari serius ke santai dalam sekejap dan sangat mudah diaplikasikan.

Zilenial pandai memainkan kode-kode bahasa. Saat mengerjakan tugas atau berhadapan dengan guru, mereka bisa menggunakan bahasa baku dengan rapi. Namun, di media sosial, dunia chatting, atau nongkrong bersama teman, bahasa gaul, singkatan, hingga campuran Bahasa Inggris-Indonesia jadi santapan sehari-hari.

Contohnya, kalimat sederhana seperti "Aku capek, butuh liburan" bisa berubah menjadi "Gue butuh healing nih, no debat!". Perubahan ini bukan sekadar gaya, tapi juga identitas sosial: bahasa dipakai untuk menunjukkan keakraban, tren, dan kebersamaan.

Bagi guru bahasa Indonesia, fenomena ini bisa jadi tantangan sekaligus peluang. Tantangan, karena siswa sering lebih nyaman mengekspresikan diri dengan bahasa gaul ketimbang bahasa baku. Peluang, karena justru dari bahasa gaul itulah kita bisa masuk untuk mengajarkan struktur dan kaidah bahasa yang benar.

Bayangkan jika materi pelajaran dikaitkan langsung dengan dunia mereka:

  • Membandingkan bahasa caption Instagram dengan teks deskripsi.

  • Membongkar majas dari meme lucu yang viral.

  • Menulis cerpen dengan selipan bahasa gaul, lalu menerjemahkannya ke bahasa baku.

Kegiatan seperti ini bisa membuat siswa sadar bahwa bahasa baku tidak sekaku yang dibayangkan.

Bahasa Indonesia bukan benda mati, melainkan sesuatu yang hidup dan selalu berubah. Kehadiran generasi Zilenial dengan segala kreativitas bahasanya justru membuktikan bahwa bahasa kita bisa beradaptasi. Bahasa baku tetap jadi pegangan, tapi bahasa gaul memberi warna dan keakraban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun