Lihat ke Halaman Asli

syarifuddin abdullah

TERVERIFIKASI

Penikmat Seni dan Perjalanan

Turki dalam Bayang-bayang Aksi Teror

Diperbarui: 6 Januari 2017   02:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar diolah dari Google Maps

Belum cukup sepekan dari aksi penembakan di kelab malam Reina Istanbul pada awal tahun 1 Januari 2017, yang menewaskan 39 orang, bom kembali meledak pada 5 Januari 2016 di Kota Izmir, yang terletak sejauh sekitar 500 km ke arah selatan Istanbul.

Jika dalam kasus penembakan di Reina, Aparat Keamanan Turki terkesan gagap menentukan kelompok pelaku, dalam kasus Bom Izmir 5 Januari 2016, telunjuk tudingan langsung mengarah ke kelompok pemberontak Kurdi. Salah satu alasannya karena sasaran aksi adalah gedung pemerintah, yakni gedung Pengadilan. Sasaran aksi itu tampaknya disetting meledakkan gedung pengadilan, tapi terpaksa dileddakkan persis di gerbang gedung yang khusus untuk para hakim dan pengacara, di waktu jam pulang kantor, yakni sekitar pukul 17.00 waktu lokal Izmir (21.00 WIB).

Analisa lain mengatakan, kelompok pelaku Bom Izmir adalah kelompok imigran Uighur China Muslim. Sebab dalam empat hari terakhir, paska penembakan di Reina Istanbul, pihak keamanan Turki telah menangkap 27 warga keturunan Asia Tengah di Kota Izmir dan sekitarnya.

Teror Izmir, meski menggunakan bom mobil, tapi sejauh ini, korbannya hanya dua orang, yakni seorang polisi dan seorang pegawai pengadilan. Mobil berisi bom disetir oleh seorang pelaku menuju gerbang pengadilan, dan di sampingnya duduk penumpang lain. Ketika mobil itu dihentikan oleh polisi, kedua penumpangnya turun dari mobil, lalu berjalan menjauhi mobil, kemudian meledakkannya (tempaknya menggunakan remote control). Karena itu, polisi yang menahan mobil tewas dan seorang pegawai pengadilan Izmir. Kaca-kaca di gedung pengadilan dan bangunan lain di sekitarnya tampak berantakan. Setelah meledakkan mobil, yang juga mencederai sekitar 11 orang orang – salah satunya dalam kondisi kritis – terjadi aksi baku tembak di lokasi antara dua pelaku melawan polisi yang berjaga di sekitar TKP. Akibatnya, dua penumpang pelaku itu juga ikut tewas. Sementara pelaku ketiga – hingga artikel ini selesai ditulis pukul 00.30 WIB, 6 Januari 2017 – berhasil meloloskan diri.

Lokasi ledakam bom mobil di Gedung Pengadilan, Kota Izmir Turki pada 5 Januari 2017 (Sumber foto: www.alhayat.com)

Jika mencermati ritme dan interval aksi, dari 1 ke 5 Januari 2017, tampaknya tidak terlalu berlebihan jika diprediksi bahwa Turki akan menjadi salah satu negara dengan bayang-bayang aksi teror sepanjang tahun 2017. Ngeri-ngeri sedap membayangkannya.

Kecenderungan untuk menjadi bayang-bayang aksi teror juga diperkuat fakta bahwa selama tahun 2016, Turki mengalami paling tidak enam kali aksi teror skala besar sebagai berikut:

  • 17 Februari 2016, Bom mobil di Ankara, korban 28 tewas.
  • 13 Maret 2016, Bom mobil bunuh diri di Ankara, korban 37 tewas.
  • 28 Juni 2016, Serangan senjata api dan bom di Bandara Ataturk Istanbul, 41 tewas.
  • 30 Juli 2016, 35 pejuang Kurdi tewas pada saat menyerbu salah satu pangkalan militer Turki.
  • 20 Agustus 2016, serangan bom di Gaziantep, 30 tewas, diduga aksi ISIS.
  • 10 Desember 2016, 2 bom di Stadion sepakbola Istanbul, 44 tewas, Militan Kurdi menyatakan bertanggung jawab.

Dan di Turki, setiap kali terjadi serangan teror, aparat keamanan Pemerintah selalu menuding salah satu dari tiga kelompok: ISIS atau Kelompok Kurdi atau Pendukung Abdullah Ochelan.

Berdasarkan tiga kelompok, yang biasanya menjadi sasaran tudingan ini, muncul juga tiga analisa yang biasanya menjadi acuan untuk mengulas latar belakang setiap terjadi aksi teror di Turki:

Pertama, kemungkinan pelaku dari kelompok yang ingin membalas dendam terhadap tindakan pemerintah yang hingga akhir tahun 2016 telah menangkap lebih dari 100 ribu orang dengan tudingan terlibat dalam upaya Kudeta gagal pada 15 Juli 2016. Penangkapan lebih dari 100 ribu orang bisa dibayangkan bahwa rentang wilayah penangkapan terjadi di setiap kota, di semua kementerian dan bahkan mencakup seluruh lapis sosial di Turki. Tentu hal ini akan menimbulkan keresahan dan saling curiga antar sesama aparat pemerintah.

Kedua, kebijakan Turki di Suriah dan Irak, yang secara terbuka bersikap tegas memerangi ISIS, namun pada saat yang sama, Turki menfasilitasi kelompok oposisi Suriah yang dianggap moderat, terutama kelompok oposisi liberal yang bermarkas di Istanbul. Selain itu, muncul beberapa spekulasi bahwa pihak yang paling diuntungkan secara ekonomi oleh konflik di Suriah dan Irak adalah Turki. Semua kebutuhan pokok di titik-titik konflik, termasuk pelayanan komunikasi seluler, disuplai dari dan oleh pengusaha Turki.

Ketiga, kalau instalasi yang menjadi sasaran, maka pihak yang biasanya menjadi sasaran tudingan adalah kelompok pemberontak Kurdistan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline